Operator Taksi Express Gagal Bayar Bunga Utang

Pefindo menurunkan peringkat obligasi I Tahun 2014 PT Express Transindo Utama Tbk menjadi D atau default.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Mar 2018, 14:10 WIB
Menurut Pihak Taksi Express telah terjadi pembunuhan karakter terhadap perusahaan taksi milik mereka. Taksi Express merasa menjadi korban dari aksi kejahatan yang telah terjadi di daerah Kuningan dan SCBD ini, Jakarta, Kamis (4/12/2014). (Liputan6.com/Joh

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Express Transindo Utama Tbk gagal bayar bunga ke-15 obligasi I Tahun 2014 senilai Rp 1 triliun.

Berdasarkan pengumuman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), seperti ditulis Kamis (29/3/2018), pembayaran bunga ke-15 Obligasi atau surat utang I PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) seharusnya dilaksanakan pada 26 Maret 2018.

Akan tetapi, pembayaran ditunda karena dana belum efektif di rekening KSEI sesuai jadwal yang telah ditentukan. Hal itu disampaikan Direktur KSEI Supranoto Prajogo dalam surat KSEI pada 23 Maret 2018.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) pun kembali menurunkan peringkat obligasi I Tahun 2014 dari BB- menjadi D atau default. Ini lantaran PT Express Transindo Utama Tbk gagal bayar bunga pada 26 Maret 2018. Peringkat utang tersebut menjadi default ketika utang gagal bayar. Gagal bayar utang terjadi ketika pertama kali tak membayar kupon bunga. Pefindo juga menurunkan peringkat TAXI dari BB- menjadi SD atau selective default.

Sebelumnya hasil pemeringkatan Pefindo pada 14 Maret 2018 juga menurunkan peringkat obligasi I Tahun 2014 senilai Rp 1 triliun menjadi BB- untuk periode 12 Maret 2018-1 Maret 2019.

Peringkat tersebut juga diberikan berdasarkan data dan informasi dari PT Express Transindo Utama Tbk serta laporan keuangan tidak diaudit per 30 September 2017 dan laporan keuangan audit per 31 Desember 2016.

 


Selanjutnya

Taksi Express.

PT Express Transindo Utama Tbk terbitkan obligasi Rp 1 triliun pada 2014. Obligasi tersebut bertenor lima tahun. Kupon bunga ditetapkan sekitar 12,25 persen per tahun. Peringkat obligasi tersebut A dari Pefindo. Dana hasil penerbitan obligasi antara lain digunakan untuk ekspansi antara lain membeli kendaraan dan infrastruktur pendukung.

Bila melihat laporan keuangan, perseroan hanya kantongi kas Rp 7,29 miliar pada 30 September 2017 dari posisi 31 Desember 2016 sebesar Rp 16,24 miliar.

Mengutip laman Pefindo, PT Express Transindo Utama Tbk berdiri pada 1989 dan pernah jadi pemimpin operator taksi di Indonesia. Hingga 30 September 2017 memiliki hampir 10 ribu kendaraan. Bisnis yang dijalankan mulai dari taksi premium, bus charters dan transportasi bisnis lainnya.

Kepemilikan saham perseroan per 30 September 2017 antara lain PT Rajawali Corpora sebesar 51 persen dan publik 49 persen.

Meski diterpa isu gagal bayar bunga obligasi, saham PT Express Transindo Utama Tbk cenderung menguat. Harga saham PT Express Transindo Utama Tbk naik 13,33 persen ke posisi Rp 153 per saham. Total frekuensi perdagangan 11.651 kali dengan nilai transaksi Rp 62,7 miliar.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya