Liputan6.com, Jakarta - Mengawali kunjungan di Kota Sibolga, pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus ngopi di Kedai Kopi Bahagia, Jalan Imam Bonjol.
Seperti biasa, kedatangan pasangan nomor urut dua ini selalu menjadi pusat perhatian warga. Mereka harus dengan sabar melayani warga untuk bersalaman maupun yang ingin mengabadikan momen itu untuk berswafoto lewat handphone masing-masing.
Advertisement
Usai ngopi, mereka naik becak bermotor keliling Sibolga. Lalu Djarot dan Sihar berjalan kaki menelusuri lorong-lorong sempit menyapa warga di kota yang berada di kawasan Pantai Barat Sumatera Utara, Teluk Tapian Nauli tersebut.
"Kami mau sampaikan bahwa Djarot-Sihar milik semua golongan, sahabat semua suku, agama dan ras. Jadi tidak ada istilah di kami, anak tiri dan anak kandung," tegas Djarot, Kamis (29/3/2018).
Selain fokus bidang pendidikan dan kesehatan, infrastruktur menjadi perhatian pasangan Djarot-Sihar. Diungkapkan Djarot, infastruktur di Sumut memang menjadi fokus utama dan penanganannya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.
"Tapi mana jalan yang menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi, kami sudah sepakat harus tuntas dalam tiga tahun," ucap Djarot.
Hal senada kembali ditegaskan Sihar Sitorus. Dia menyebut tidak ada istilah anak tiri dan anak kandung. Sihar menceritakan, telah berkunjung ke Barus, Tapanuli Tengah, dan ternyata ada tugu Raja Uti dan Tugu Syekh yang datang ke Sumut pada 600 Masehi.
"Inilah tekad kami membangun Sumut dalam keberagaman, tanpa membeda-bedakan. Karena itu mari kita rawat kebersamaan ini dalam keberagaman untuk Sumut lebih baik," harap pendamping Djarot, Sihar Sitorus.
Contoh Pahlawan Ferdinand Lumbantobing
Sebelumnya Cawagub Sumatera Utara, Sihar Sitorus, berziarah ke makam Pahlawan Nasional asal Sibolga, almarhum Dr Ferdinand Lumbantobing di Jalan Sibolga Barus Km 25, Tapanuli Tengah (Tapteng) pada Rabu, 28 Maret 2018.
Sihar mengatakan, ziarah ke makam mantan Menteri Urusan Transmigrasi itu bukan tanpa alasan. Ferdinand Lumbantobing merupakan orang yang mengorbankan jiwa dan raganya demi bangsa dan negara pada masa penjajahan, dan juga Gubernur Sumatera Utara periode 1948-1949.
Sihar yang didampingi pengurus PDI Perjuangan relawan Djarot-Suhar (Djoss), dan rombongan lainnya, meminta agar warga mencontoh keteladanan Ferdinand.
"Itu karena dasar kuat, keinginan yang kuat almarhum untuk perubahan bagi Indonesia sama dengan perubahan yang diusung Djoss, semangat untuk perubahan bagi Sumut," tegas Sihar.
Disadur dari berbagai sumber, Ferdinand Lumbantobing atau sering pula disingkat FL Tobing, lahir di Sibuluan, Sibolga, Sumatera Utara, 19 Februari 1899 dan meninggal di Jakarta, 7 Oktober 1962 pada umur 63 tahun.
Dia dikukuhkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional 17 November 1962 Keppres No. 361 Tahun 1962. Pada masa pendudukan Jepang, ia diangkat menjadi dokter pengawas kesehatan Romusya.
Advertisement