Liputan6.com, Moskow - Insiden diracunnya bekas mata-mata Rusia, Sergei Skripal dan anak perempuannya, Yulia Skripal di Inggris berimbas secara global. Termasuk ke Amerika Serikat yang mengusir 60 diplomat Rusia di Washington dan New York.
Pengusiran yang terjadi pada 25 Maret 2018, Washington menuduh Moskow sebagai dalang di balik peracunan itu. Di sisi lain, Negeri Beruang Merah berkali-kali membantah tudingan tersebut.
Sejumlah negara pun turut ikuti langkah Inggris dan AS. NATO dan Australia memulangkan dua diplomat Rusia ke negaranya masing-masing.
Atas tekanan itu, Rusia pada 29 Maret 2018, mengusir 60 diplomat AS dan menutup konsulat AS di St Petersburg merespons campur tangan AS dalam kasus Sergei Skripal di Inggris.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, mengatakan negara-negara lain yang mengusir Rusia siap-siap mendapat respons sejenis. Demikian dilansir BBC pada Jumat (30/3/2018).
Rusia menyatakan 58 diplomat AS di Moskow dan dua orang lainnya di kota Yekaterinburg menjadi "personae non gratae".
Baca Juga
Advertisement
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, Duta Besar AS Jon Huntsman telah diberitahu tentang "tindakan pembalasan" ini.
"Adapun negara-negara lain, semuanya juga akan simetris dalam hal jumlah orang dari misi diplomatik mereka yang akan meninggalkan Rusia," tambah Lavrov.
Gedung Putih mengatakan langkah Rusia untuk mengusir para diplomatnya "tidak diantisipasi".
Pengusiran itu menandai "kerusakan lebih lanjut dalam hubungan Amerika Serikat-Rusia", kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Belakangan, seorang juru bicara departemen luar negeri AS mengatakan Amerika Serikat berhak untuk mengambil tindakan lebih lanjut.
Menteri luar negeri Rusia juga menuduh Inggris "memaksa semua orang mengikuti wacana anti-Rusia".
"Tindakan pengusiran diplomat kami benar-benar tidak dapat diterima. Kami tahu, langkah itu diambil di bawah tekanan yang sangat keras dari Amerika Serikat dan Inggris dengan dalih kasus Skripal yang disebut," ucap Lavrov
Dia menegaskan menginginkan agar Rusia diberikan akses konsuler ke Yulia Skripal - warga negara Rusia.
Rusia, kata Menlu Lavrov, juga mencari pertemuan dengan para pemimpin Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) untuk "menegakkan kebenaran".
Simak video tentang ribuan warga Rusia yang menuntut penyidikan kebakaran maut Mall Winter Cherry berikut:
Eks Mata-Mata Rusia di Inggris Diracun di Rumahnya
Sergei Skripal dan putrinya Yulia ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah bangku di kota Salisbury pada 4 Maret, dan pemerintah Inggris telah menyalahkan Rusia atas serangan itu.
Rusia membantah keras atas peran apa pun dalam serangan Salisbury. Skripal tetap dalam kondisi kritis namun stabil. Sementara putrinya dikatakan membaik.
Lebih dari 20 negara telah mengusir utusan Rusia untuk menunjukkan solidaritas dengan Inggris.
Inggris mengatakan bahan kimia yang digunakan dalam serangan itu adalah bagian dari sekelompok agen saraf yang dikembangkan oleh Uni Soviet, yang dikenal sebagai Novichok.
Para ahli dari OPCW tiba di Inggris pada 19 Maret untuk menguji sampel. Hasilnya diperkirakan akan memakan waktu minimal dua minggu, kata pemerintah.
Polisi mengatakan Sergei dan putrinya pertama kali melakukan kontak dengan racun saraf di rumah sang ayah di Salisbury, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan di pintu depan.
Advertisement