Bukan ke Grab, Sopir Uber 'Hijrah' ke Aplikasi Lokal Anterin

Dampak akuisisi Grab ke Uber tampaknya tidak akan sepenuhnya efektif. Pasalnya, sebagian besar mitra sopir Uber keberatan untuk pindah ke Grab. Mereka pun berbondong-bondong pindah ke aplikasi baru bernama Anterin.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 30 Mar 2018, 08:38 WIB
Anterin, aplikasi transportasi online baru besutan anak bangsa yang mengajak pengemudi Uber 'berhijrah'. Foto: Anterin

Liputan6.com, Jakarta - Akuisisi Grab terhadap bisnis Uber di Asia Tenggara, menyisakan asumsi kalau sopir Uber nantinya pasti akan migrasi ke Grab. Namun tampaknya hal tersebut tidak sepenuhnya benar.

Pada faktanya, mekanisme migrasi sopir Uber ke Grab tidaklah mudah. Pasalnya, sebagian besar sopir Uber justru menolak ke Grab.

"Kalau mereka yang loyal sama Uber itu sepertinya tidak akan pindah ke dua kompetitor ojek online yang lain," ujar Heru (49), Pembina Solidaritas Uber Motor Indonesia (SUMI).

Heru mengungkap, sekarang sudah ada sekitar 10.000 sopir Uber kompak berbondong-bondong untuk pindah ke aplikasi transportasi lokal baru bernama Anterin.

Ya, aplikasi ini adalah aplikasi transportasi terbaru yang sebelumnya belum pernah ada di era Go-Jek, Grab, Uber.

"Mungkin yang loyal itu akan mau bangun Anterin jadi pemain baru dan punya banyak daya saing sepeninggal Uber," sahut Heru.

Selain itu, Tekno Liputan6.com juga sempat mengumpulkan informasi dari beberapa sopir Uber di lapangan. Saat diajak berbincang mengenai akuisisi Grab, para sopir ternyata belum sepenuhnya yakin untuk pindah.

"Grab saingannya banyak," ujar Agus, salah satu sopir. Ia juga sempat membandingkan tarif dengan Go-Jek yang lebih tinggi.

Lantas, seperti apa itu Anterin?


Apa Itu Anterin?

Anterin, aplikasi transportasi online baru besutan anak bangsa yang mengajak pengemudi Uber 'berhijrah'. Foto: Anterin

Aplikasi yang didominasi warna biru ini mengangkat tagline "Bebaskan Pilihanku". Co-founder Anterin, Uki Utama, menjelaskan kalau Anterin adalah aplikasi transporting market place pertama di dunia yang memungkinkan ojek online memilih dan menentukan berapa harga yang sepantasnya mereka bayar.

"Mereka bisa memilih secara spesifik jenis kendaraan yang sesuai dengan kebutuhannya, dan memilih pengendara favorit yang membuatnya nyaman sepanjang perjalanan," kata Uki.

Pada saat yang sama, CEO dan co-founder Anterin Imron Hamzah, juga mengklaim kalau transportasi adalah solusi penting untuk kota pintar yang mandiri di masa depan.

"Karenanya, Anterin adalah besutan teknologi digital dan aplikasi mobile yang mumpuni dan merupakan karya bangsa kita, juga dibangun dengan modal sendiri dari anak-anak muda Indonesia," ungkap Imron.

Anterin didirikan sejak 2015 dan akan mengaspal mulai April 2018. Saat ini, aplikasi Anterin sudah tersedia di toko aplikasi Android, Google Play Store.

Anterin mengklaim, sudah ada 50.000 pengemudi mengunduh dan siap menggunakan Anterin. Bahkan, para pengemudi Uber juga telah menyiapkan jadwal pertemuan dengan perwakilan Anterin pada Minggu (1/4/2018).

"Aplikasi Anterin sudah ada dari 2015. Jaketnya beda sendiri, berwarna biru. Makanya sekarang mau kita bangun dan populerkan. Anterin ini produk nasional negeri kita," ujar Heru


Kekalahan Uber

CEO Uber Dara Khosrowshahi. Dok: TechCrunch

CEO Uber Dara Khosroshahi sempat angkat bicara soal akuisisi Grab terhadap layanan operasional Uber di Asia Tenggara.

Orang nomor satu di Uber tersebut menegaskan tak akan menjual akuisisi unit bisnis Uber di pasar global. Walau demikian, bukan berarti kejadian yang sama akan terjadi lagi di waktu mendatang.

Hengkangnya Uber dari wilayah Asia Tenggara menandakan layanan ride-sharing tersebut sudah tiga kali "bertekuk lutut" dengan menyerahkan unit bisnisnya ke layanan kompetitor di pasar global.

Untuk diketahui, sebelum menjual layanan operasionalnya di Asia Tenggara ke Grab, Uber juga sempat melakukan hal serupa kepada kompetitornya, Didi Chuxing, di Tiongkok dan Yandex di Rusia.

Dengan demikian, Dara berujar, aksi korporasi tersebut akan menjadi yang terakhir. Ia juga menegaskan, selama masih memimpin Uber, dirinya tak akan lagi mengulangi kejadian serupa.

"Wajar saja jika kalian bertanya, konsolidasi dan strategi apa yang cocok untuk dilakukan sekarang ini, seperti di Tiongkok, Rusia, dan Asia Tenggara. Yang pasti, selama saya memimpin Uber, kejadian tersebut tak akan terulang lagi," ujar Dara seperti dikutip Tech Crunch.

Perlu diketahui, akuisisi layanan Uber di Tiongkok dan Rusia berlangsung kala perusahaan tersebut masih di bawah pimpinan Travis Kalanick.

Dara juga mengatakan, ia berkeinginan untuk mengembangkan bisnis perusahaan dengan membangun produk, layanan, dan teknologi terbaik. Ia berharap, layanan Uber akan terus tumbuh seiring berjalannya waktu.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya