Liputan6.com, Jakarta Kehadiran cacing Anisakis sp dalam ikan makarel kaleng membuat masyarakat ketar-ketir. Sebenarnya, apa yang terjadi bila seseorang mengonsumsi ikan mengandung cacing tersebut?
"Jika ikan yang mengandung larva tersebut dimasak sampai ikannya matang, maka larva akan mati," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Pencernaan, Ari Fahrial Syam.
Advertisement
Selain itu, larva cacing ini juga bakal mati jika disimpan di minus 20 derajat Celcius.
Namun, bila seseorang mengonsumsi ikan makarel atau ikan lain yang mengandung larva cacing Anisakis sp dalam keadaan hidup, larva tersebut bisa menempel ke dalam lambung atau usus halus. Orang tersebut bakal mengalami berbagai keluhan seperti nyeri perut, mual, muntah, kembung, diare berdarah, dan demam tidak terlalu tinggi.
"Selain itu, keberadaan larva cacing itu pada tubuh manusia bisa menyebabkan reaksi alergi yang berakibat fatal," kata Ari dalam pesan singkat menanggapi kehebohan ikan makarel mengandung cacing kepada Health-Liputan6.com ditulis Minggu (1/4/2018).
Saksikan juga video menarik berikut:
Bisa berkembang biak dalam tubuh manusia?
Ari juga menjelaskan larva Anisakis ini tidak bisa berkembang biak di tubuh manusia. Siklus hidup cacing ini hanya di tubuh ikan.
Walau begitu, dia menyampaikan bahwa ukuran cacing jenis ini bisa bertambah besar di dalam tubuh manusia.
Advertisement
Kasus di Indonesia
Walau kasus ini marak dibicarakan, selama Ari bekerja tidak pernah menemukan kasus pasien yang di tubuhnya terdapat cacing Anisakis. Pria yang berpraktik di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo ini pernah mendapati cacing jenis lain seperti gelang (Askaris), cambuk (Trikuris), pita (Taenia) saat melakukan endoskopi.
"Sejauh ini, sebagai dokter penyakit dalam yang melakukan endoskopi, saya tidak pernah menemukan secara langsung larva cacing Anisakis di saluran pencernaan pasien," katanya.
Kasus seseorang dengan larva cacing Anisakis lebih sering ditemui pada mereka yang gemar mengonsumsi ikan mentah. Seperti masyarakat Jepang yang senang makan ikan mentah pada sashimi atau sushi.
Walau begitu, Ari tetap mengingatkan masyarakat tetap waspada. "Seiring dengan mulai banyaknya restoran Jepang di Indonesia yang menyediakan sushi atau sashimi, maka diwaspadai peningkatan jumlah kasus ini di masyarakat Indonesia," katanya.