Kisah Dokter Soviet yang Operasi Usus Buntunya Sendiri di Antartika

Seorang dokter Soviet, Leonid Rogozov, mengoperasi dirinya sendiri di Antartika. Seperti apa ceritanya?

oleh Afra Augesti diperbarui 02 Apr 2018, 06:54 WIB
Dokter Leonid Rogozov melakukan operasi bedah untuk mengeluarkan usus buntunya sendiri, di stasiun Soviet di Antartika. (Yuri Vereschagin/TASS/RBTH Indonesia)

Liputan6.com, Moskow - Dokter Leonid Rogozov berhasil melakukan operasi bedah untuk mengeluarkan usus buntunya sendiri, di stasiun Soviet di Antartika. Ia kemudian menjadi pahlawan nasional, Rogozov bahkan dibandingkan dengan Gagarin, yang melakukan penerbangan terkenalnya pada saat yang hampir bersamaan.

Percaya atau tidak, operasi dokter Leonid Rogozov untuk menghilangkan usus buntunya sendiri bukanlah operasi untuk diri sendiri satu-satunya. Pada 1921, ahli bedah Amerika, Dr. Evan O’Neill, Kane melakukan eksperimen dengan memotong usus buntunya dan menjahitnya sendiri.

Perbedaan kasus Kane dan Rogozov adalah bahwa sang dokter Soviet tidak berada di ruang operasi yang nyaman dan dikelilingi oleh tim ahli bedah profesional yang siap membantunya jika terjadi kesalahan. Dia tidak melakukannya demi ilmu pengetahuan, tetapi untuk bertahan hidup.

Kisah Rogozov bermula pada 1960. Sebagai ahli bedah muda berusia 27 tahun, kala itu ia bergabung dengan Ekspedisi Antartika Soviet Ke-6.

Tahun berikutnya, ia mulai bekerja sebagai dokter di Stasiun Novolazarevskaya yang baru didirikan. Demikian seperti dikutip dari RBTH Indonesia, Senin (2/4/2018).

Pada 29 April 1961, Rogozov jatuh sakit: lemas, mual, suhu badan tinggi dan rasa sakit di bagian bawah kanan. Rogozov langsung mendiagnosis dirinya: usus buntu akut.

Masalahnya, ia adalah satu-satunya dokter di stasiun. Selain itu, ia tidak bisa dibawa ke mana pun -- tidak ada pesawat di stasiun terdekat. Selain itu, cuaca buruk juga membuat mustahil untuk terbang.

Komplikasi dalam bentuk radang selaput perut dapat membunuh Rogozov sehingga ia harus bertindak cepat.

Seperti yang dikatakan putranya, Vladislav, saat itu sang ayah tertatih-tatih antara hidup dan mati; ia tidak bisa mendapatkan bantuan dan harus mengoperasi dirinya sendiri.

"Ia harus membuka perutnya sendiri untuk mengeluarkan ususnya," kenang Vladislav. "Ia sebenarnya tidak tahu apakah itu mungkin dilakukan."

 

 

Saksikan juga video berikut:


Operasi yang Tak Terhindarkan

Dokter Leonid Rogozov melakukan operasi bedah untuk mengeluarkan usus buntunya sendiri, di stasiun Soviet di Antartika. (Yuri Vereschagin/TASS/RBTH Indonesia)

Pada 30 April 1961 operasi dimulai. Leonid dibantu oleh ahli meteorologi Alexander Artemyev, yang membantu dengan peralatan medis, dan insinyur mekanik Zinovy ​​Teplinsky, yang memegang cermin dan lampu.

Rogozov berada dalam posisi setengah berbaring di sisi kiri. Setelah menyuntikkan anestesi dengan novocaine, ia membuat sayatan 12 cm di daerah tulang pinggul kanan. Dengan cermin dan bantuan orang, ia mulai mencari usus buntunya.

Melihat Rogozov mencari usus buntunya sendiri hampir menyebabkan kedua asistennya pingsan. Kepala stasiun Vladislav Gerbovich, yang juga menghadiri operasi, mengenang bahwa kedua asisten itu sangat pucat, namun berusaha keras agar tetap tenang.

30-40 menit setelah operasi dimulai, Rogozov merasa sangat lemah dan pusing, memaksanya untuk istirahat selama 5 - 10 detik setiap 5 menit. Ia berusaha tetap tenang selama proses.

Namun, operasi bagian terakhir hampir membuat Rogozov gila.

"Akhirnya ditemukan, usus terkutuk! Dengan takut saya melihat noda gelap di bagian intinya. Itu artinya, telat satu hari dan ia akan pecah... Hatiku tegang dan terasa melambat, tanganku terasa seperti karet. Aku pikir, itu akan berakhir dengan buruk dan semua yang tersisa adalah mengeluarkan usus buntu," kenangnya.

Operasinya memakan waktu 1 jam 45 menit, dan berakhir dengan sukses. Dalam lima hari, suhu tubuhnya kembali normal, dan 2 hari kemudian jahitan dilepas.


Gagarin Kedua

Dokter Leonid Rogozov melakukan operasi bedah untuk mengeluarkan usus buntunya sendiri, di stasiun Soviet di Antartika. (Yuri Vereschagin/TASS/RBTH Indonesia)

Ketika Rogozov kembali ke rumah, ia disambut bak selebriti dan pahlawan nasional sejati. Ia menjadi populer tidak hanya di Uni Soviet, tetapi juga di luar negeri.

Rogozov diceritakan sebagai pahlawan di artikel, buku, film, dan lagu. Ratusan orang dari seluruh Uni Soviet dan negara-negara lain menuliskannya surat-surat. Atas keberaniannya ia diberikan salah satu penghargaan Soviet tertinggi — the Order of the Red Banner of Labor — dan diberikan sebuah flat di Leningrad.

Untuk beberapa saat , Rogozov bahkan dibandingkan dengan manusia pertama di luar angkasa Yuri Gagarin, yang memulai penerbangan legendarisnya hanya 18 hari sebelum operasi. Rogozov bukan orang pertama yang mengeluarkan usus buntunya sendiri, tetapi di Uni Soviet ia dianggap sebagai perintis.

Bagaimanapun juga, situasi saat ia melakukan operasi sangat suram.

"Ada kesamaan yang kuat karena mereka berdua (Gagarin dan Rogozov) berusia sama, 27; mereka berasal dari kelas pekerja; dan mereka berdua mencapai sesuatu yang belum pernah dicapai dalam sejarah manusia sebelumnya. Mereka adalah contoh pahlawan nasional yang ideal," kata Vladislav.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya