Liputan6.com, Jakarta Tentu tidak ada orang yang menikah dan berharap perceraian. Namun, perceraian bisa datang, tanpa mampu Anda duga dan halangi.
Dilansir dari purewow.com, Minggu (1/4/2018), berikut ini adalah beberapa sikap dalam pernikahan yang menjadi indikator besar untuk perceraian. Penasaran?
Advertisement
1. Menunjukkan sarkasme pada pasangan
Menurut psikologi, sarkasme atau kekejaman bisa dimulai dengan menggunakan bahasa tubuh yang mengejek atau humor bernada negatif. Hal ini bisa menjadi indikator nomor satu dari perceraian atau perpisahan.
Dalam bentuk apapun, penghinaan tentu sangat beracun bagi sebuah hubungan karena akan menimbulkan rasa jijik. Dan hampir tidak mungkin menyelesaikan masalah ketika ada salah satu pihak yang merasa jijik, bukan?
Cobalah untuk membangun kesukaan dan kekaguman satu sama lain. Diskusikan kenangan paling bahagia, fokuslah pada bagaimana Anda dan pasangan bisa berakhir bersama, untuk menghindari perceraian.
Sikap dalam pernikahan yang bisa jadi indikasi perceraian
2. Mengeluh
Mengeluh mungkin terdengar bukan masalah besar, namun jika mengeluh dilakukan menggunakan kata-kata kasar, Anda mengikis fondasi dari sebuah hubungan. Keberhasilan dari sebuah hubungan pernikahan adalah bagaimana Anda menunjukkannya pada orang lain.
Ketika pasangan berada di dalam perspektif yang positif, maka tidak ada orang lain yang akan meragukannya. Namun sebaliknya, jika perspektifnya negatif, orang lain akan melihat hal tersebut apa adanya.
Cobalah untuk saling bicara satu sama lain. Anda dan pasangan harus berjuang untuk berkomunikasi secara sehat, tidak ada cara lain untuk menangani sebuah hubungan.
Advertisement
Sikap dalam pernikahan yang bisa jadi indikasi perceraian
3. Diam
Sebuah penelitian yang pernah dikutip dalam Journal of Marriage and Family, sikap diam dapat menyebabkan kerusakan di dalam hubungan pernikahan jangka panjang. Ada peningkatan jarak dan keterasingan di sini.
Ketika marah, cobalah bicara dengan diri sendiri terlebih dahulu. Meluangkan waktu untuk menenangkan diri sendiri selama konflik bukan halangan, selama Anda yakin bisa menyelesaikannya kemudian.