Liputan6.com, Bamako - Peran aktif Indonesia dalam berbagai forum internasional mendapat pengakuan langsung dari Presiden Mali, Ibrahim Boubacar Keita.
Hal tersebut dibuktikan melalui dukungan dari negara yang terletak di kawasan Barat itu, terhadap pencalonan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Dakar, Senegal, mengutus Duta Besar Mansyur Pangeran, untuk menerima apresiasi langsung di Istana Kepresidenan Mali pada Selasa, 27 Maret 2018.
Selain itu, Presiden Keita juga mengucapkan terima kasih atas kontribusi aktif Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian PBB di Mali (MINUSMA), yang secara nyata telah memberikan kemajuan positif terhadap proses perdamaian di kawasan Afrika Barat.
Baca Juga
Advertisement
Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan anggota pasukan keamanan terbesar di dunia, saat ini memiliki 16 orang anggota TNI yang sedang bertugas di Mali.
Sebelumnya, pada kurun waktu 2015-2016, Indonesia juga telah menurunkan sebanyak 146 pasukan pemelihara perdamaian, yang tergabung dengan MINUSMA.
"Semangat Konferensi Asia Afrika di Bandung, telah menginspirasi negara-negara Afrika untuk merdeka, terlepas dari belenggu penjajah, termasuk Mali yang merdeka dari Prancis tahun 1960," ujar Presiden Keita seperti dimuat dalam rilis yang diterima Liputan6.com dari Kedubes RI untuk Senegal pada Minggu, (1/4/2018).
Dalam pertemuan tersebut, Dubes Mansyur menyampaikan salam hangat dan persahabatan dari Presiden Joko Widodo, serta ucapan terima kasih atas dukungan secara unilateral pada pencalonan Indonesia sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB.
Dubes Mansyur menegaskan keinginan kuat dari pemerintah Indonesia untuk meningkatkan hubungan bilateral di bidang politik, termasuk melalui operasi pemelihara perdamaian PBB di kawasan Afrika Barat, terutama di Mali.
Simak video pilihan berikut ini:
Pengusaha Indonesia Diharapkan Berinvestasi di Mali
Sementara itu, di bidang ekonomi, Dubes Mansyur menyampaikan perlunya penguatan hubungan perdagangan kedua negara di berbagai bidang, utamanya di area industri strategis.
Di satu sisi, Presiden Keita menginginkan adanya peningkatan kerja sama yang dapat direalisasikan dengan mendatangkan pengusaha-pengusaha Indonesia untuk berinvestasi di Mali, termasuk transfer teknologi di bidang tekstil.
Indonesia selama ini mengimpor kapas dalam kapasitas yang cukup besar dari Mali. Hal ini ditanggapi positif oleh Dubes Mansyur, yang menyinggung peluang kerja sama transfer teknologi pertekstilan, sehingga memungkinkan pemintalan kapas langsung di Mali.
Sehari sebelumnya, hal yang sama juga diutarakan oleh Menteri Luar Negeri Mali, Tieman Hubert Coulibaly, yang berharap agar pengusaha Indonesia membangun pabrik tekstil di Mali, karena negara tersebut memiliki produksi kapas terbesar di benua Afrika.
Menlu Coulibaly juga berharap agar Dubes Indonesia dapat menjembatani kerja sama di bidang pertanian yang sangat diharapkan oleh pemerintah Mali. Ia memandang teknologi pertanian Indonesia sudah sangat maju.
Advertisement