Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie menilai kicauan Fadli Zon, menandakan tingkat demokrasi Indonesia masih rendah. Jimly mengukurnya karena kritikan lebih menyerang secara pribadi.
"Di dalam budaya demokrasi yang masih rendah tingkat peradabannya itu suka menyerang pribadi, dalam tingkat maju objek serangan bukan pribadi tapi gagasan kebijakan," ujar Jimly saat dihubungi, Minggu (1/4/2018).
Advertisement
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon berkicau soal Indonesia butuh pemimpin seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, bukan yang banyak utang dan planga plongo. Dalam cuitan Fadli Zon tidak menyebutkan nama.
Jimly melihat, seseorang sudah jadi pejabat pun tidak menaikan derajat kualitas kritik. Malah hal ini menandakan kualitas demokrasi secara keseluruhan. "Pejabat pun belum tentu tinggi peradabannya, bisa masih rendah, dan itu tingkat rata-rata peradaban demokrasi kita masih serang pribadi," kata Jimly.
Dia menambahkan, jika pihak penerima kritik, tersinggung atas serangan tersebut, maka sama saja level demokrasi dengan pengkritik. Dia mencontohkan, pada zaman kerajaan, seorang raja akan tersinggung kalau dikritik rakyat.
"Peradaban penerima kritik juga sama. Misal di negara yang tingkat tinggi kemajuannya, orang serang pribadi tidak tersinggung itu pejabat," kata Jimly.
Saksikan video menarik berikut ini:
Wajar Kritisi Pemerintah
Jimly melihat kritik Fadli Zon wajar sebagai pihak oposisi, dan hal tersebut akan membanjiri mendekati 2019. Menurutnya, masyarakat sudah bisa mengkritisi fenomena tersebut.
"Itu ramai riuh rendahnya demokrasi dan itu sehat. Tidak usah terganggu tapi nanti yang akan merespons rakyat yang sudah berkembang, makin kritis. Nanti tercermin di hasil Pilpres apakah kelompok A atau B yang dapat kepercayaan rakyat, yang akan menang Pilpres dan Pemilu," kata Jimly.
Reporter : Ahda Bayhaqi
Advertisement