Liputan6.com, Palangka Raya - Bank Indonesia (BI) menyatakan ratusan petani karet di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng) masih tergantung kepada tengkulak. Oleh karena itu, BI pun membantu petani karet dengan buat rumah bahan olahan karet (Bokar).
Dari data BI Kalteng, jumlah warga transmigrasi di Desa Purwodadi, Desa Bontoi di Kecamatan Maliku dan Desa Garong, Kecamatan Garong, Kabupaten Pulang Pisau mencapai 700 kepala keluarga (KK) atau setara 1.400 jiwa. Dari jumlah itu hampir 75 persen, masyarakat merupakan petani karet.
Baca Juga
Advertisement
Kepala BI Kalteng Wuryanto menuturkan, petani karet masih bergantung kepada tengkulak membuat kehidupannya sulit berkembang. Apalagi hal itu terjadi selama bertahun-tahun. "Akibatnya mereka inilah yang mengatur harga jual para petani," ujar dia, seperti ditulis Senin (2/4/2018).
Para tengkulak ini kata dia sudah masuk ke dalam masyarakat petani hingga pedalaman dan menguasai hasil bumi petani.
Selanjutnya
Untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap tengkulak, BI Kalteng membantu petani karet dengan membuat rumah bahan olahan karet (Bokar). Bangunan seharga Rp 70 juta itu untuk menjemur hasil karet petani hingga hingga mencapai jumlah 2 ton selama satu minggu.
"Dengan tingkat kekeringan maksimal sehingga bisa meningkatkan harga jual karet petani,” ujar dia.
Apalagi saat ini para petani yang bergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Karet ( KUBK) sudah bekerjasama dengan sebuah perusahaan karet setempat sehingga harga jual karet naik dari semula Rp 5 ribu per kg meningkat jadi Rp 13 ribu per kg.
"Saat ini kami baru membantu satu unit Bokar, namun ke depannya kami akan membantu membuat 1 unit lagi,"kata Wuryanto.
Wuryanto menuturkan, pihaknya juga membantu pengadaan alat transportasi berupa sepeda motor angkut roda tiga. Ini untuk membantu mengangkut hasil karet rakyat dari kebun ke bokar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement