Liputan6.com, Jakarta - Tidur di sela jam kerja sering kali dianggap sebagai tindakan yang kurang disiplin. Namun baru-baru ini, para ilmuwan yang meneliti kebiasaan tidur manusia justru menganjurkan para pemilik perusahaan untuk memberikan waktu tidur siang bagi seluruh karyawan.
"Layar komputer dan cahaya elektronik dapat menguras waktu tidur Anda," ungkap psikolog Nerina Ramlakhan seperti dikutip dari thesun.co.uk, Rabu (4/4/2018).
Baca Juga
Advertisement
Wanita yang juga memimpin riset di University of Leeds ini juga mengatakan, anjuran tidur siang di sela jam kerja sangat penting dilakukan, khususnya di hari Senin. Itu lantaran perubahan waktu santai di akhir pekan ke jam sibuk di hari berikutnya dapat membuat kualitas kerja para karyawan menurun.
Jam produktif karyawan dapat berkurang hingga empat jam. Itu salah satu alasan mengapa para atasan harus memberikan waktu tidur siang di kantor, khususnya di awal pekan.
Selain itu, layar komputer dan sinar benda elektronik lain dapat mengganggu rutinitas tidur karyawan setelah bekerja. Penelitian yang digelar sejumlah pakar tidur menunjukkan, para karyawan yang sering terkena radiasi cahaya sering kali hanya dapat tidur lima jam per malam.
Simak video pilihan di bawah ini:
Risiko Depresi dan Diabetes
Tak hanya itu, para pakar juga mengatakan, gagal memenuhi durasi tidur normal dapat meningkatkan risiko diabetes, masalah jantung dan depresi.
Merujuk beberapa alasan di atas, para ahli meminta seluruh perusahaan untuk mengijinkan para karyawannya tidur siang di kantor. Semua itu demi menutupi kebutuhan tidur yang kurang.
"Tidak seperti masyarakat terdahulu, generasi sekarang sering dikelilingi cahaya elektronik, entah dari cahaya ruangan, komputer, telepon genggam. Tekanan konstan tersebut dapat mengurangi kualitas tidur Anda. Tandanya, Anda akan terbangun di pagi hari dengan tubuh yang terasa lelah," ucap Ramlakhan.
Menurut riset yang digelar Silentnight tersebut, kurangnya tidur bahkan hanya satu jam dari kebutuhan normal dapat berdampak sangat berbahaya bagi karyawan. Bahkan anak-anak masa kini juga cenderung mengalami sulit tidur.
Advertisement