Liputan6.com, Taipei - Meski usianya tak lagi muda, Nenek Pan Shiu-Yu mampu berlari sejauh 100 meter dalam 15 detik. Perolehan waktu itu hanya dua detik lebih banyak daripada pencapaiannya ketika dia berusia 13 tahun. Tujuh dekade lalu.
Di usia yang sudah menginjak 81 tahun, Nenek Pan masih terlihat seperti berusia 60 tahun. Ia bergerak lebih baik daripada mereka yang berusia 40 tahun.
Advertisement
Seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (2/4/2018), ia masih mampu mendaki gunung, bersepeda, dan bermain tenis. Ia bahkan merupakan pemegang rekor Taiwan untuk 11 pertandingan atletik, termasuk lompat jauh, lompat ganda, dan jarak 100 meter untuk kelompok usia 60, 70, dan 80 tahun.
"Setiap orang mampu melakukan hal-hal sederhana. Anda harus melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan orang lain. Hanya dengan begitu Anda akan memecahkan rekor," katanya.
Setiap hari, Nenek Pan bangun pukul 04.30, lalu ia mempersiapkan diri untuk latihan dan bekerja di pusat warga senior -- di mana dia merencanakan kegiatan untuk anggotanya.
Alih-alih naik bus atau kereta api, ia bersepeda menuju lapangan tenis untuk bertemu teman-temannya sekitar pukul 06.00.
Di sana, Nenek Pan joging sejauh 7 km saat cuaca hujan atau cerah, kemudian bermain tenis selama satu jam sebelum menuju ke tempat kerja.
"Saya suka tantangan, karena semakin sulit semakin saya ingin maju," katanya dengan serius.
Saksikan juga video ini:
Keras Kepala
Rumah Nenek Pan menjadi bukti gaya hidupnya. Di dalamnya terlihat belasan raket tenis terpajang rapi di dinding, bersama berbagai medali.
Lemari sepatunya penuh dengan sepatu olahraga dan hiking.
Dia kemudian menghubungkan sifat kompetitifnya dengan tanggung jawab yang harus dia pikul di dalam keluarga. Anak tertua dari empat bersaudara itu mengaku menggantikan posisi sang ayah yang meninggal saat dirinya berusia 12 tahun.
Nenek Pan kemudian menjadi sosok saudari yang keras, kerap menjaga dan mendisiplinkan adik-adiknya. "Saya harus menjadi teladan yang baik bagi mereka. Saya harus tangguh."
"Sampai hari ini, mereka masih sangat takut pada saya, dan mereka mendengarkan apa pun yang saya katakan," katanya sembari menyeringai.
Adik bungsunya, Pan Shiu-jin ingat betul ketika ibu mereka meninggal. Saat itu, kakak perempuannya lah yang menggantikan sosok ibunda, termasuk menyiapkan makanan.
Dia mengatakan bahwa kakak perempuannya selalu keras kepala. "Saya rasa, ia terus keras kepala. Itu lah sebabnya dia bisa memenangkan begitu banyak medali."
Advertisement