Liputan6.com, Jakarta Kemacetan di perkotaan seakan-akan sudah menjadi santapan sehari-hari pengguna mobil maupun motor. Bagi pengguna mobil, menghadapi kemacetan berarti harus bersabar. Sedangkan pengguna motor masih dapat bermanuver mencari celah yang aman untuk meneruskan perjalanan.
Pengendara pun roda dua pun dituntut memiliki teknis dasar berbelok dan pengereman yang baik, khususnya ketika melakukan selap-selip di tengah kemacetan, atau di antara mobil-mobil.
Tidak lupa keseimbangan badan perlu diperhatikan saat melakukan manuver dalam kecepatan rendah di kepadatan lalu lintas. Salah mengatur posisi badan dan pengereman, pengendara bisa terjatuh karena ketidakseimbangan saat melakukan manuver.
Baca Juga
Advertisement
Jika dalam kecepatan sedang atau tinggi saat jalan lenggang, maka ketika belok kiri misalnya, posisi badan ikut miring ke kiri. Nah, hal berbeda dilakukan saat motor selap-selip di kemacetan. Justru posisi pinggul atau badan ke arah sebaliknya.
Misalnya bermanuver di antara mobil pada kecepatan rendah, motor belok ke kanan, maka pinggul harus bergeser ke kiri. Tujuannya untuk menjaga keseimbangan. Teknik dasar demikian dinamakan counter weight, atau teknik yang biasa dilakukan pada motocross.
“Teknik ini berguna untuk menjaga keseimbagan dalam kecepatan yang rendah. Yang membedakan dengan kecepatan tinggi atau sedang, hanya posisi badan. Di sini pinggul harus digeser, pandangan harus kedepan. Motor belok kiri, badan jangan ikut ke kiri, tepi sebaliknya, bergeser ke kanan,” terang Heri Wahyudi Chief Trainer dari Rifat Drive Labs.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Heri menyarankan, ketika selap-selip badan tidak boleh kaku, dan motor pun ikut dimiringkan sesuai arah berbelok.
“Saat macet, mau selap-selip, jangan setangnya doang dibelokin, motor dan badannya masih tegang, motor ya gak bisa belok. Ingat, motornya juga harus dimiringin, tetapi sikap badan pada posisi sebaliknya,” papar Heri.
Nah bagaimana jika boncengan? Heri menjelaskan, sikap tubuh yang membonceng tidak perlu ikut bergeser mengikuti posisi pinggul yang membawa motor. Namun tetap menjaga keseimbangan dan bersikap luwes.
“Si pembonceng tidak harus mengikuti gerak badan atau pinggul yang bawa motor, namun menjaga posisi badan tetap luwes, tidak kaku, dan tidak banyak bergerak. Kenapa pembonceng gak boleh banyak goyang, karena ini bisa mengganggu keseimbangan driver,” tukasnya.
Selain menjaga posisi badan, yang tidak boleh dilupakan adalah teknik dasar pengereman. Heri meminta pemotor tidak menggunakan rem depan saat situasi jalan padat, apalagi membejeknya secara keras dan reflek ketika berbelok.
“Ingat, saat menikung dalam situasi selap-selip cukup rem belakang saja yang diatur,” tutupnya.
Reporter : Nazarrudin Ray
Sumber : Otosia.com
Advertisement