Pertempuran Marawi Usai, Penduduk Setempat Diizinkan Kembali ke Rumah

Setelah pendudukan Kota Marawi oleh kelompok ISIS, pemerintah Filipina akhirnya mengizinkan penduduk setempat untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Apr 2018, 08:42 WIB
Warga membawa barang-barang yang dikumpulkan dari rumah mereka yang hancur saat pertama kali masuk ke Kota Marawi, Mindanao, Filipina, Minggu (1/4). Sebalumnnya, mereka mengungsi selama setahun terakhir akibat pertempuran di Kota Marawi. (TED ALJIBE/AFP)

Liputan6.com, Manila - Setelah mengungsi untuk menyelamatkan nyawa mereka hampir setahun lalu, sebagian penduduk kota Marawi, Filipina, diizinkan kembali ke rumah mereka pada hari Minggu, 1 April 2018.

Sejumlah bagian kota di Filipina selatan itu hancur dalam pertempuran lima bulan, antara pasukan pemerintah dan militan ISIS. Dalam Pertempuran Marawi, hampir 1.200 orang dilaporkan tewas. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (4/4/2018).

Selama ini, penduduk yang tinggal di tempat itu tidak diizinkan pulang karena dikhawatirkan masih ada bom-bom aktif terkubur di dalam reruntuhan bangunan. Atas keputusan pemerintah Marawi tersebut, warga pun merasa terharu dan bahagia.

Pihak berwenang akhirnya mengizinkan mereka pulang, sementara rencana renovasi sedang digodok. Daerah yang terdampak paling parah kemungkinan akan diratakan dengan tanah.

 


Sekilas Tentang Marawi

Anak-anak berjalan di beton bangunan yang rusak di Kota Marawi, Mindanao, Filipina, Minggu (1/4). Pihak berwenang mengizinkan warga Marawi pulang setelah berhasil membasmi ISIS dari kawasan tersebut. (TED ALJIBE/AFP)

Hari Minggu, 1 April 2018, sekitar 7.000 penduduk lokal kembali ke rumah mereka masing-masing. Mereka mulai mengais sisa-sisa reruntuhan akibat pertempuran yang pecah pada Mei 2017.

Marawi yang terletak di Pulau Mindanao, merupakan kota besar di Filipina, yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Konflik bersenjata selama lima bulan di Marawi, Lanao del Sur, bermula pada 23 Mei 2017 antara pasukan keamanan Pemerintah Filipina dan militan yang berafiliasi dengan ISIS, termasuk kelompok Maute dan jihad Salafi Abu Sayyaf.

Pertempuran tersebut tercatat sebagai pertempuran terlama dalam sejarah modern Filipina.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya