Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan bisnis belanja online atau e-commerce turut berdampak pada bisnis ritel. Namun, ada sejumlah alasan yang tetap membuat bisnis ritel masih bertahan hingga saat ini.
Managing Director Sogo Indonesia, Handaka Santosa mengakui, keberadaan e-commerce memang membuat persaingan di sektor perdagangan semakin ketat. Namun para pengusaha ritel tidak mau begitu saja menyerah di tengah persaingan ini.
Advertisement
"Apakah kita menerima begitu saja persaingan yang makin ketat, dan kita hanya menjaga toko kita masing-masing? Saya rasa tidak. Apa yang kita lakukan, bagaimana menginovasi untuk menjadi lebih kreatif dan aktif untuk menciptakan sesuatu yang berkenaan dengan perdagangan agar bisa bersaing dengan online," ujar dia dalam acara Inspirato di SCTV Tower, Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Namun demikian, lanjut Handaka, tidak semua yang didapatkan melalui belanja langsung ke toko atau offline bisa didapatkan melalui online. Salah satunya soal pelayanan dari pramuniaga yang ada di toko offline.
"Kita bisa buka e-commerce tapi kita tidak bisa merasakan produknya di sana. Misalnya kita membeli baju strip ke bawah, anda tidak berikan suatu arahan. Tapi kalau datang ke departement store, anda akan diberikan masukan, wah anda sudah tinggi, jadi jangan membeli motif ini karena garis-garis vertikal akan membuat kita kelihatan lebih tinggi," jelas dia.
Selain itu, e-commerce saat ini juga ternyata masih membutuhkan toko sebagai strategi bisnisnya. Oleh sebab itu, e-commerce juga mulai membangun toko atau bekerja sama dengan toko offline.
"Saat ini perusahaan menuju ke arah e-commerce atau online, tapi apakah sudah disadari perusahaan e-commerce yang membeli toko-toko brick and mortar. Ternyata mereka juga membutuhkan toko-toko untuk penyaluran, display dan lain-lain," tandas dia.
Jurus Sogo Bertahan dari Gempuran e-Commerce
Tren berbelanja online melalui e-commerce perlahan telah menggusur keberadaan toko ritel atau ritel offline. Pada tahun lalu, sejumlah ritel modern terpaksa menutup sejumlah gerai akibat penjualan yang terus menurun dan tidak sesuai dengan target.
Namun salah satu ritel modern di Indonesia, Sogo, berhasil mempertahankan eksistensinya di tengah gempuran e-commerce. Lantas apa strategi Sogo agar bisa terus bertahan hingga saat ini?
Managing Director Sogo Indonesia, Handaka Santosa mengatakan, pada kuartal I 2018, bisnis ritel yang dijalankan oleh Sogo mampu tumbuh di atas 10 persen. Hal ini sebenarnya di luar apa yang diperkirakan sebelumnya di mana bisnis ritel modern masih akan sulit tumbuh di awal tahun.
"Pertumbuhan yang dialami Sogo hingga Maret sudah di atas 10 persen. Itu di luar apa yang kami perkirakan. Kami perkirakan di 2018 ini dengan adanya e-commerce, dengan adanya perubahan-perubahan, dengan adanya tren, kami melihat apa yang kami persiapkan sejak 2017 dalam menghadapi 2018 itu yang sangat penting," ujar dia dalam acara Inspirato di SCTV Tower, Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Baca Juga
Dia mengungkapkan, ada sejumlah hal yang dilakukan oleh Sogo agar bisa tetap bertahan dan diminati oleh pelanggannya.
Pertama, memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan. Hal ini dimulai dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Sogo.
"Kami mempersiapkan karyawan. Bagaimana kita melayani dengan lebih lagi, menyapa pelanggan. Tentu ada yang masih kurang, itu kami tingkatkan lagi. Bagaimana bisa membuat elanggan itu merasa nyaman kalau berada di Sogo," kata Handaka.
Selain itu, Sogo juga difokuskan menjadi titik temu. "Di situ bisa ngopi di Starbucks atau di mana, menikmati sambil ngobrol, atau berbelanja, atau menunggu teman sebagai meeting poin. Yang Sogo lakukan menciptakan Sogo sebagai meeting poin," jelas dia.
Advertisement