Kekhawatiran Perang Dagang Bikin Dolar AS Melemah

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.745 per dolar AS hingga 13.764 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 04 Apr 2018, 13:05 WIB
Pekerja bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Pagi ini, Rupiah dibuka di Rp 13.509 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 13.515 per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Investor khawatir perang dagang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dunia.

Mengutip Bloomberg, Rabu (4/4/2018), rupiah dibuka di angka 13.758 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.764 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.745 per dolar AS hingga 13.764 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,49 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.760 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.765 per dolar AS.

Dolar AS memang melemah di kawasan Asia pada perdagangan hari ini terutama terhadap yen Jepang. Kekhawatiran perang dagang antara AS dengan China yang bisa berdampak kepada ekonomi global dan juga pertumbuhan ekonomi AS menjadi dasar pelemahan dolar AS.

Dolar turun 0,1 persen menjadi 106,50 yen, setelah sebelumnya menguat. Dolar AS menguat kemarin karena Wall Street menguat.

Analis senior Sumitomo Mitsui Banking Corporation di Singapura, Satoshi Okagawa mengatakan bahwa kemungkinan dolar AS masih akan mengalami tekanan karena masalah perang dagang ini.

"Di saat yang sama kebutuhan akan dolar AS di Jepang juga menurun," jelas dia dikutip dari Reuters. 


Gebrakan Perry Warjiyo Stabilkan Nilai Tukar Rupiah

Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur terpilih BI, Perry Warjiyo, telah menyiapkan beberapa strategi untuk mengelola sistem moneter nasional. Salah satunya adalah menjaga stabilitas rupiah dalam kondisi normal maupun saat sedang terpuruk.

"Kebijakan BI selalu akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental dan ini juga sudah digariskan sesuai selama ini, dan terus akan kita lakukan," kata Perry Selasa kemarin. 

Dalam kondisi normal, nilai tukar rupiah akan lebih banyak ditentukan oleh mekanisme pasar. Namun, dalam kondisi tertentu BI harus melakukan beberapa intervensi.

"BI tidak segan-segan dalam kondisi nilai tukar mendapat tekanan kita melakukan intervensi baik dalam menyuplai dolar di pasar valas maupun juga membeli SBN (Surat Berharga Negara) di pasar sekunder," ujarnya.

Kendati demikian, ia menyatakan bawa saat ini kondisi nilai tukar rupiah masih relatif stabil.

"Nilai tukar kita dalam beberapa waktu terakhir itu relatif stabil dan sekarang pun juga aliran masuk modal asing sudah masuk kembali dan itu akan menjadi stabilitas kita." jelas dia. 


Pendalaman Pasar Keuangan

Pekerja bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Pagi ini, Rupiah dibuka di Rp 13.509 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 13.515 per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, Perry mengatakan ia juga akan melakukan pendalaman pasar keuangan sebagaimana juga sudah dilakukan selama ini.

Akselerasi pendalaman pasar keuangan menjadi salah satu prioritas kebijakan - kebijakan BI selama ini dan akan terus dilakukan.

"Begitu banyak sudah kita lakukan dan capai antara lain misalnya untuk volume pasar valas yang sekarang ini rata-rata bagus ya Rp 6 miliar per hari dan juga instrumen derivatif (produk turunan) pelindung nilai itu kurang lebih 40 persen dan itu mendukung juga stabilitas nilai tukar." jelas dia. 

Perry mengungkapkan, BI bersama OJK dan Kementerian Keuangan akan terus berkoordinasi menjadikan pendalaman pasar keuangan untuk mendorong pembiayaan - pembiayaan proyek infrastruktur.

"Fokusnya adalah seperti itu sehingga bagi infrastruktur yang memang bisa dibiayai secara komersial oleh swasta itu bisa dibiayai atau diterbitkan sekuritas dan lain - lain sehingga dalam konteks ini bisa mengurangi beban baik fiskal maupun bebannya APBN. Kami terus koordinasi itu untuk terus fokus ke sana," pungkas dia. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya