AS Rilis 1.300 Barang China yang Bakal Kena Tarif

AS belum akan mengenakan tarif terhadap barang impor China. AS terlebih dahulu mengadakan dengar pendapat publik.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Apr 2018, 13:42 WIB
Presiden AS, Donald Trump meninjau prototipe tembok perbatasan AS dan Meksiko yang kontroversial di San Diego, Selasa (13/3). Prototipe tembok perbatasan Trump memiliki tinggi sekitar 9 meter, dengan puncak yang tebal dan bundar. (MANDEL NGAN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali meningkat. Pemerintahan AS di bawah pimpinan Donald Trump menerbitkan daftar 1.300 barang dari China yang akan kena tarif.

Sebelumnya  AS berencana pengenaan tarif hingga USD 50 miliar untuk barang China. Langkah AS itu sebagai sanksi kepada China terkait dugaan pencurian rahasia dagang termasuk perangkat lunak, barang paten dan teknologi lainnya. Pengenaan tarif tersebut mencapai 25 persen untuk semua produk.

AS menargetkan tarif untuk sejumlah industri di China antara lain penerbangan, teknologi, dan mesin. Kemudian target selanjutnya peralatan medis, obat-obatan, pendidikan. Bahkan AS mengenakan tarif untuk alat bantu dengar, peralatan mesin sinar X, dan lainnya.

Dalam sebuah pernyataan, Kedutaan Besar China di AS mengatakan pihaknya mengutuk keras dan menentang daftar yang diusulkan.

Kedutaan Besar China akan membawa masalah itu ke Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO). China ingin perlakuan yang sesuai ukuran untuk skala dan kekuatan yang sama terhadap produk AS.

Pengenaan tarif impor untuk barang China belum akan berlaku segera. Pemerintahan AS akan mengadakan dengar pendapat publik untuk pelaku usaha AS pada 15 Mei. Setelah itu, waktu pengenaan tarif impor barang China juga belum jelas.

Para pelaku usaha AS mengatakan pemerintah mendiagnosis masalah China dengan benar. Namun sayang memiliki “obat” yang salah untuk atasi masalah tersebut.

“Pemerintah benar-benar fokus pada pemulihan keadilan dan keadilan dalam hubungan perdagangan dengan China. Namun, memaksakan pajak pada produk yang digunakan setiap hari oleh konsumen AS dan pencipta lapangan bukan cara untuk mencapai tujuan itu,” ujar Myron Brilliant, Wakil Kepala Kamar Dagang dan Industri AS, seperti dikutip dari laman CNN Money, Rabu (4/4/2018).

Sementara itu, para petani Amerika Serikat juga meminta pemerintah AS tidak mengenakan tarif terhadap barang China. Petani AS mengkhawatirkan aksi balas China yang termasuk pembeli terbesar tanaman AS.

“Kami terus mendesak pemerintah untuk mendengarkan petani di pedesaan AS yang tidak mampu bayar pajak baru untuk ekspor mereka,” kata Max Baucus, mantan Senator dari Partai Demokrat.

 


China Siap Balas AS?

Foto: npr.org

Adapun rilis pengenaan tarif impor terhadap barang China muncul usai Kementerian Luar Negeri China bersikeras menanggapi tarif impor barang AS. China mengatakan memiliki daftar barang AS yang akan kena tarif jika AS melaksanakan rencananya.

“Kami mengatakan kalau China tidak akan mulai perang dagang. Namun, kami tidak takut, dan kami akan tegas berjuang sampai akhir jika seseorang bersikeras untuk perang dagang,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri di Beijing.

Sebelumnya para pemimpin dari kedua negara telah melakukan pembicaraan selama lebih dari sepekan untuk membuat kompromi dan memberikan lebih banyak hak kepada perusahaan di AS.

Langkah AS itu juga didorong usai penyelidikan selama berbulan-bulan oleh United State Trade Representative (USTR). USTR menyimpulkan kalau China memaksa perusahaan teknologi AS yang ingin beroperasi di sana untuk membuat usaha patungan dengan perusahaan China sehingga berbagi teknologi.

AS menduga perusahaan China sering mencuri paten dan perangkat lunak dari perusahaan AS. USTR juga mengusulkan tarif untuk senapan militer, senapan dan granat buatan China. Pengenaan tarif impor barang China pun menimbulkan perdebatan lantaran AS juga perlu mempertimbangkan konsumen AS.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya