Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menyatakan, kontribusi perusahaan transportasi online seperti Go-Jek terhadap ekonomi Indonesia sangat besar.
Bahkan kontribusinya tersebut lebih besar dari hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) yang sebesar Rp 9,9 triliun terhadap perekonomian Indonesia.
Rhenald Kasali mengatakan, ada inovasi seperti transportasi online memberikan efek berganda (multipler effect) yang besar, bukan hanya di sektor transportasi, tetapi juga ke sektor lain.
Baca Juga
Advertisement
"Mendefinisikan start-up baru bukan semata-mata dari single product, karena ini menciptakan platform dan kalau platform itu dampaknya bukan cuma di dalam suatu industri tertentu,“ ujar dia di Jakarta, Rabu (4/4/2018).
Selain itu, lanjut Rhenald, ada transportasi online juga mampu menciptakan efisiensi bagi masyarakat, baik dari sisi waktu, maupun biaya yang harus dikeluarkan.
"Jadi, pertama adalah platform, yang kedua adalah efisiensi. Platform ini adalah revolusi kehidupan, dampak pada kehidupan yang sangat besar. Dan yang kedua itu efisiensi yang diciptakan. Masyarakat bisa mengurangi biaya karena tidak harus menambah kendaraan,” kata dia.
Namun demikian, Rhenald menyatakan masyarakat, khususnya para pengusaha juga harus siap dengan perubahan-perubahan yang terjadi dengan penetrasi teknologi yang semakin gencar. Dengan demikian, pengusaha tetap bertahan di tengah perkembangan teknologi yang ada.
“Persoalannya adalah banyak orang Indonesia yang belum paham perbedaan bahwa dalam transformasi digital yang diciptakan pemain-pemain baru ini bukanlah produk tapi platform. Kalau platform itu lintas produk dan lintas industri," ujar dia.
Benarkah Digitalisasi Jadi Penyebab Pengangguran?
Sebelumnya, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mulai mengkaji dampak bisnis digital, termasuk bisnis online (e-commerce). Kajian ini dilakukan menyusul data pengangguran dengan peningkatan jumlah sebanyak 10 ribu menjadi 7,04 juta orang selama setahun terakhir.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk menilai era digitalisasi yang berkembang saat ini tidak serta merta menjadi penyebab angka pengangguran di Indonesia bertambah. Ojek online contohnya, kata Kecuk justru menciptakan banyak lapangan kerja.
"Kalau dari sisi perbankan, melihat struktur tenaga kerja yang bekerja di jasa lebih kecil dibanding sektor pertanian. Kita belum bicara ke arah sana," tegas Kecuk saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa 14 November 2017.
BPS, diakui Kecuk, belum mampu menangkap atau memilah berapa kontribusi online maupun offline dalam pertumbuhan ekonomi. BPS hanya mampu memotret pola konsumsi offline dan online, di mana menunjukkan ada pergeseran ke jalan-jalan (leisure).
"Kami belum bisa memilah berapa share online, tapi kan ada yang menyebut kontribusinya 1-2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Trennya cepat sekali naik, tapi share-nya masih kecil," tuturnya.
Saat ini, BPS menggandeng Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) untuk menangkap data total omzet dari belanja online dan jenis barang-barang yang banyak dikonsumsi. Itu adalah tahapan pertama yang akan dilakukan BPS dan idEA.
"Kami bekerja sama dengan idEA untuk meng-capture data total omzet bisnis online dan pattern barang apa saja yang banyak dikonsumsi. Ini yang sedang kami jajaki," Kecuk menuturkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement