Liputan6.com, Garut - Dinas Perhubungan Kabupaten Garut, Jawa Barat, segera mengevaluasi tarif angkutan umum untuk menyesuaikan biaya operasional kendaraan yang menggunakan BBM nonsubsid. Ini merupakan dampak tidak tersedianya Premium di stasiun pengisian bahan bakar umum di Garut.
"Dalam waktu dekat kami segera mengevaluasi dengan melibatkan seluruh stakeholder untuk mencari solusi terbaik," kata Kepala Bidang Angkutan Dishub Garut Deni Desta di Garut, Rabu, 4 April 2018, dilansir Antara.
Ia menuturkan, pengusaha angkutan umum mengeluhkan biaya operasional kendaraan yang lebih tinggi akibat langkanya premium di SPBU.
Akibat kelangkaan itu, kata dia, pelaku usaha angkutan umum terpaksa mengisi kendaraan mereka dengan bahan bakar yang lebih mahal dari Premium, sedangkan tarif angkutan tetap.
Baca Juga
Advertisement
"Ini perlu dibahas oleh pemerintah, Organda (Organisasi Angkutan Darat) maupun para pelaku usaha angkutan umum," katanya.
Ia menyampaikan, kondisi usaha angkutan umum sedang dihadapkan pada berbagai persoalan seperti persaingan usaha dengan transportasi online yang sampai sekarang masih dalam pembahasan.
Selanjutnya, kata dia, pelaku usaha angkutan umum dihadapkan lagi dengan persoalan kelangkaan BBM bersubsidi jenis Premium di Garut hingga akhirnya harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli Pertalite.
"Sebagai solusi alternatif bisa ditawarkan menyediakan SPBU khusus Premium di daerah, namun perlu kajian terlebih dulu," katanya.
Bendahara Organda Garut, Ajat Sudrajat mengatakan, pemerintah daerah menetapkan tarif angkutan jauh dekat Rp 3 ribu berdasarkan pertimbangan harga Premium. Tarif itu dinilai perlu berubah agar tidak merugikan pengusaha angkutan.
"Premium di sejumlah SPBU sudah langka sehingga harus ada kebijakan baru lagi terkait ketetapan tarif baru," katanya.
Premium Seret
Pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Garut, Jawa Barat seret. Akibatnya, dalam dua pekan terakhir karyawan SPBU di Garut mendapat omelan dari konsumen karena tak tersedianya Premium.
"Awalnya sih lancar, tapi mulai sekitar dua pekan terakhir (Premium) dijatah dua hari sekali, itu pun kadang-kadang telat," ujar Sarif (27), salah satu Petugas 34.44115 Ciateul, Tarogong Kidul, saat ditemui Liputan6.com, Sabtu, 23 Maret 2018.
Menurutnya, penurunan pasokan Premium sudah cukup meresahkan masyarakat, terutama bagi kalangan pengguna angkutan kota (angkot) yang kerap menggunakan salah satu bahan bakar beroktan 88 tersebut.
"Akhirnya sopir angkot kadang pakai Pertalite," kata dia.
Tak ayal dalam beberapa kesempatan, ia kerap diomeli konsumen bahkan berdebat saat memesan Premium. "Sebab tidak ada surat edaran (pemberitahuan pengurangan kiriman kuota), akhirnya kami jelaskan langsung, ada juga sih yang marah dan tidak percaya," kata dia.
Syarif mengaku, meskipun tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dalam dua pekan terakhir pasokan yang diterimanya mengalami penurunan.
Jika sebelumnya, SPBU tempatnya bekerja mendapatkan jatah 8.000 liter premium tiap hari, tetapi saat ini hanya mendapatkan jatah serupa untuk interval dua hari sekali. "Itu pun kadang telat," kata dia.
Tak mengherankan dengan seretnya pasokan, kuota premium yang diberikan tidak cukup untuk melayani konsumen dalam waktu seharian. "Paling setengah hari juga bahkan kurang (12 jam) sudah habis," kata dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement