Penemuan Bebatuan Candi di Areal Sawah Lereng Gunung Sindoro

Atas temuan batu candi itu, pemerintah Kabupaten Temanggung telah meminta warga untuk menghentikan aktivitas sambil menunggu keputusan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng.

Oleh KRJogja.com diperbarui 05 Apr 2018, 06:32 WIB
Pemandangan Gunung Sindoro. (via: istimewa)

Temanggung - Seorang petani, Sukro menemukan fragmen struktur bangunan candi di areal persawahan lereng Gunung Sindoro di Dusun Candi, Desa Candisari, Kecamatan Bansari saat tengah mencangkul untuk penanaman holtikultura.

Karena penemuannya itu, pemerintah Kabupaten Temanggung telah meminta warga untuk menghentikan aktivitas sambil menunggu keputusan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung Didik Nuryanta mengatakan fragmen struktur bangunan candi yang ditemukan di areal persawahan itu antara lain bebatuan berornamen yang jumlahnya sekitar 42 buah.

"Sejumlah batu ada reliefnya. Di areal itu juga ditemukan kemuncak candi," kata Didik kepada KRJogja.com, Selasa, 3 April 2018.

Dia mengatakan masih banyak bebatuan yang di dalam tanah dan belum diangkat. Warga diminata untuk membiarkan batu-batu itu guna menjaga keamanan, sebab jika telah terbuka dimungkinkan akan rusak oleh alam atau tangan jahil dan hilang.

Menurut dia, komponen candi yang ditemukan itu sebagian punya hiasan kala dan hiasan motif bunga. Namun, karena baru sebagian yang diangkat, sehingga belum dapat ditentukan rilief lain yang membentuk gambar keseluruhan untuk menafsirkannya.

 

Baca berita menarik lainnya dari KRJogja.com di sini.


Asal Mula Penemuan Batu Candi

Fragmen struktur bangunan candi yang ditemukan. (KRJogja.com/Zaini A)

Pada Kamis, 29 Maret 2018 lalu, seorang petani, Sukro mencangkul di lahan milik H Surono di Dusun Candi. Saat mencangkul itu cangkulnya membentur batu, setelah di teliti ternyata batu tersebut menyerupai bantu candi. Rupanya tidak hanya satu, melainkan masih banyak lagi. Melalui perangkat lantas melaporkannya pada Dinas kebudayaan dan Pariwisata.

Pihaknya, terang Didik, sudah datang ke lokasi temuan untuk kemudian mendata jumlah bebatuan termasuk jenis dan ornamen yang ada. "Kami lalu menginformasikan tentang temuan itu pada BPCB dan Balai Arkeologi," katanya.

Kedalaman bebatuan tersebut sekitar 1 meter di bawah tanah. Karena diduga masih banyak, warga diminta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk menghentikan akivitas. Tidak ada lagi penggalian untuk mengangkat bebatuan. Ini untuk mengamakan posisi dan bebatuan dari tangah jahil dan akibat cuaca.

Sedangkan benda yang sudah terangkat, disampaikannya, lantas dipindahkan ke shelter milik pemkab yang berada tidak jauh dari lokasi ditemukan. "Kami meminta aktivitas penggalian di hentikan sambil menunggu jawaban dari BPCB," katanya.

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya