Perjuangan Panjang Siswa Penghayat Kepercayaan Ikuti USBN

Senin pekan depan, 9 April 2018, siswa penghayat kepercayaan di Cilacap ini bakal mengarungi USBN setelah tiga tahun menempa diri di sekolahnya

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 05 Apr 2018, 08:30 WIB
Ujian praktik siswa penghayat kepercayaan di Cilacap. (Foto: Liputan6.com/MLKI/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Dua siswa SMP Negeri Gandrungmangu, Septian Dwi Saputro (15) Elma Septiani (15), pekan ini mati-matian mempersiapkan diri mengikuti Ujian Nasional Berstandar Nasional (USBN) untuk tingkat SLTP.

Septian dan Elma adalah dua di antara lima siswa SMP penghayat kepercayaan di Cilacap yang bakal melakoni USBN pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa kali pertama.

Pekan lalu, mereka baru saja menyelesaikan ujian praktik pendidikan kepercayaan. Dalam ujian itu, septian diuji tata cara praktik sungkem, praktik mengenal simbol-simbol spiritual dan yang ketiga praktik mengheningkan cipta.

Senin pekan depan, 9 April 2018, siswa penghayat kepercayaan di Cilacap ini bakal mengarungi USBN setelah tiga tahun menempa diri di sekolahnya.

Saat yang ditunggu pun bakal tiba, Senin, 16 April 2018, mereka juga bakal menggarap soal tertulis pendidikan kepercayaan. Mereka berdua menggarapnya bersamaan dengan ratusan siswa lain yang menggarap soal di pelajaran agamanya masing-masing.

Septian atau biasa dipanggil akrab, Asep dan Elma belajar pendidikan untuk siswa Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, sejak kelas 8. Sejak saat itu pula, ada satu adik kelasnya yang mempelajari hal yang sama, Syah Salsabella Azzahrah, yang kini baru kelas 8.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Kendala di Awal Kegiatan Belajar-Mengajar

"Asep dan Elma belajar sejak kelas delapan. Sedangkan Bella sejak kelas tujuh,” kata pengampu Pelajaran Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, Kuswanto Hariyanto kepada Liputan6.com, Rabu, 4 april 2018.

Kuswanto menerangkan, perlu perjuangan panjang bagi siswa penghayat kepercayaan untuk memperoleh haknya dilayani pendidikan kepercayaan sesuai yang dianutnya. Sejak 2016, pasca-terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 tahun 2016, terbuka lebar kesempatan yang sama.

Awalnya, di Cilacap, kebanyakan sekolah menolak membuka kelas pendidikan kepercayaan. Namun, seiring berjalannya waktu dan sosialisasi intensif oleh Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), sekolah pun membuka kesempatan seluasnya.

“Jadi, kalau ada cerita hambatan di daerah lain, di Cilacap sekarang sudah tidak ada. Kalau sempat dihambat, dulu karena mungkin belum tahu saja,” dia menjelaskan.

Septian Dwi Saputro, peroleh haknya mendapat pendidikan kepercayaan saat kelas 8 SMP. (Foto: Liputan6.com/MLKI/Muhamad Ridlo)

Perjuangan MLKI Sosialisasikan Permen 27 Tahun 2016

Siswa penghayat kepercayaan belajar di ruang perpustakaan dan UKS. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sekretaris MLKI Kabupaten Cilacap, Muslam Hadiwiguna Putra, menerangkan selain dua siswa SMP Negeri 3 Gandrungmangu, tiga siswa lainnya di SMP Negeri 1 Jeruklegi dan SMP Negeri 2 Adipala juga bakal mengikuti USBN.

“Untuk tiga sekolah itu, karena jadwalnya sama dengan jadwal pelajaran agama sama persis seperti di tingkat SMA/SMK,” dia menerangkan.

Dia menjelaskan, sama seperti pelajaran lainnya, soal untuk USBN penghayat kepercayaan juga dibuat oleh kementerian. Soal terdiri dari 45 pilihan ganda dan lima isian. Soal dalam UN penghayat kepercayaan mengacu pada materi ketuhanan, budi pekerti, sejarah dan martabat spiritual.

“Tiga sekolah tersebut kebetulan siswanya ada lima. Yang di Adipala ada dua anak, di Jeruklegi ada satu, di Gandrungmangu 3 ada 2 anak, laki-laki dan perempuan,” ucap Muslam.

Sejak 2015 tiga sekolah di Cilacap bekerjasama dengan MLKI telah membuka layanan pendidikan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.

Ujian praktik siswa penghayat kepercayaan di Cilacap. (Foto: Liputan6.com/MLKI/Muhamad Ridlo)

PR Buku Panduan untuk MLKI dan Kementerian Pendidikan

Namun, baru pada tahun 2016 layanan pendidikan dilegalkan dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 Tahun 2016 tentang Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa.

Dan tahun 2018 ini adalah tahun pertama siswa penghayat kepercayaan di Cilacap mengikuti Ujian Nasional.

Di luar lima siswa SMP tersebut ada satu siswa SMA yang mengikuti UN sehingga total berjumlah enam siswa. “Ini yang pertama lima siswa SMP dan satu siswa SMA,” dia menambahkan.

Muslam pun mengakui siswa masih terkendala buku panduan. Pasalnya, buku panduan untuk siswa penghayat kepercayaan baik tingkat SD, SLTP maupun SLTA belum diterbitkan.

Kurikulum penghayat kepercayaan saat ini mengacu pada materi yang disusun MLKI, para pengampu dan kementerian pendidikan. Rencananya, materi tersebut akan diterbitkan menjadi buku panduan pada awal ajaran tahun 2019 esok.

Di Kabupaten Cilacap terdapat 14 sekolah yang membuka layanan pendidikan kepercayaan dengan 20-an lebih siswa.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya