Liputan6.com, Helsinki - Pertama dalam sejarah di negerinya, seorang pria asal Finlandia dilaporkan melahirkan bayi dengan sehat dan selamat. Ternyata, pria tersebut adalah wanita transgender yang menjalani terapi hormonal.
Kasus ini langsung menghebohkan negara tersebut, mengingat hukum di Finlandia membutuhkan infertilitas untuk mengubah gender seseorang.
Advertisement
"Bayiku beratnya hampir empat kilogram dan panjangnya 53 cm (saat lahir)," kata pria itu -- yang namanya enggan dicantumkan -- kepada media lokal, Lannen Media dan dikutip oleh Straits Times, Rabu 4 April 2018. Ia diwawancarai dua minggu pasca-melahirkan.
Pria berusia 30-an tersebut secara hukum telah mengubah jenis kelaminnya dari wanita ke laki-laki pada tahun 2015, setelah bertahun-tahun dirinya menjalani terapi testosteron.
Meski demikian, ia memutuskan untuk membatalkan operasi ganti kelamin demi menyelesaikan masa transisi fisik prianya, sebelum akhirnya memutuskan untuk hamil dengan suaminya.
Berdasarkan hukum Finlandia, seorang wanita yang ingin menjalankan terapi hormonal harus membuktikan bahwa mereka "tidak subur". Ini diperlukan untuk menguatkan alasan mereka ketika ingin mengubah jenis kelamin berdasarkan proses hukum.
Dalam praktiknya, unit medis Finlandia menganggap pasien transgender mereka mandul saat menjalani terapi testosteron dalam waktu lama. Namun, kesuburan seorang wanita terkadang dapat kembali, apabila terapi hormonal ditunda.
Dalam kasus "transgender melahirkan" di Finlandia, pasangan yang tinggal di Helsinki itu memutuskan untuk menangguhkan perawatan hormonal, dan setelah satu tahun periode kewanitaannya kembali.
"Apakah saya ingin masyarakat mendikte apa yang saya lakukan terhadap tubuh dan hidup saya? Tidak ada yang bisa menghentikan saya. Saya orang bebas," kata pria itu dalam wawancara sebelumnya dengan koran Finlandia, Helsingin Sanomat, saat masih hamil.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Sempat Dikritik
Finlandia adalah satu-satunya negara Nordik yang menetapkan warganya harus "mandul" jika ingin mengubah jenis kelamin mereka secara legal. Namun, hukum ini justru dikritik tajam oleh organisasi hak asasi manusia dalam beberapa tahun terakhir.
Bagaimana pun juga, pihak berwenang Finlandia mengambil sikap fleksibel terhadap kehamilan laki-laki transgender tersebut dan memberinya cuti melahirkan.
Dokter belum megetahui secara pasti penyebab terapi hormonal yang dilakukan si pria transgender bisa berdampak pada masa-masa suburnya sebagai wanita, tetapi semuanya berjalan normal.
"Beberapa minggu terakhir cukup menyakitkan dan saya mulai kehabisan kesabaran. Tetapi proses melahirkanku berjalan dengan sangat baik," kata pria itu kepada Lannen Media.
Ketika tumbuh besar, dia ingin anaknya memanggilnya "ayah".
Meski suami pria transgender itu adalah seorang laki-laki tulen, ia tak ingin mempermasalahkan mengenai perubahan jenis kelamin sang istri. Pasangan itu bahkan berencana untuk mendidik anak mereka dengan memberikan pandangan netral mengenai gender.
Kasus melahirkan yang dialami oleh pria transgender memang bukan yang pertama di dunia, meski kehamilan transgender masih jarang terjadi.
Pada tahun 2008, seorang pria Amerika Serikat -- yang mulanya adalah wanita -- melahirkan seorang bayi perempuan. Pria transgender yang diketahui bernama Thomas Beatie itu memutuskan untuk tidak mengubah alat kelamin aslinya selama dirinya melakukan operasi rekonstruksi dada dan terapi testosteron.
Dalam dua tahun ke depan, dia kembali melahirkan dua anak, media AS melaporkan.
Advertisement