Facebook Hapus Fitur Pencarian Pengguna via Nomor Telepon dan Email

Facebook akhirnya menghapus fitur pencarian pengguna melalui nomor telepon dan alamat email setelah ditemukan bahwa 87 juta penggunanya disalahgunakan oleh Cambridge Analytica.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 05 Apr 2018, 18:30 WIB
Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Facebook menyebut, 2 miliar data penggunanya berpotensi disalahgunakan jika media sosial tersebut gagal melindungi privasi pengguna. Kendati demikian, Facebook tetap menghasilkan miliaran dolar dari data penggunanya.

Untuk melindungi data penggunanya, Facebook menyebut telah menghapus fitur yang memungkinkan pengguna memasukkan nomor telepon atau alamat email guna menemukan pengguna lainnya.

"Mengingat skala dan kecanggihan aktivitas yang kami lihat, kami yakin data sebagian besar pengguna bisa bocor dengan cara ini. Oleh karenanya kami menonaktifkan fitur ini (pencarian berdasarkan nomor telepon dan alamat email)," kata Facebook sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari Bloomberg, Jumat (6/4/2018).

Sebelumnya Facebook mengumumkan ada 87 juta data pengguna yang kemungkinan dibagikan secara salah oleh perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica.

Hal tersebut sekaligus merupakan konfirmasi pertama yang dikeluarkan Facebook terkait jumlah data penggunanya yang bocor. Sebelumnya dikabarkan sekitar 50 juta data pengguna telah dimanfaatkan oleh Cambridge Analytica untuk kepentingan politik. 

Gara-gara hal ini, regulator di sejumlah negara memanggil Facebook dan membuat setidaknya miliaran dolar melayang dari nilai valuasi perusahaan.

"Sebelumnya kami tidak mengambil pandangan yang cukup luas terkait tanggung jawab kami dan itu adalah kesalahan yang besar. Itu adalah kesalahanku. Kami kini memperluas pandangan tentang tanggung jawab kami," kata CEO Facebook Mark Zuckerberg.

Facebook mengatakan akan memberitahukan kepada pengguna yang datanya telah disalahgunakan di bagian news feed profilnya mulai 9 April 2019.

Sayang, sejauh ini Facebook tidak memberikan konfirmasi terkait apakah data pengguna masih disimpan atau tidak oleh Cambridge Analytica.


Facebook Dipanggil Menkominfo

Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Lebih dari satu juta pengguna Facebook di Indonesia ikut jadi korban penyalahgunaan data oleh Cambridge Analytica. Terkait hal ini, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara, pun memanggil perwakilan Facebook di Indonesia untuk menemuinya pada sore hari ini, Kamis (5/4/2018).

"Saya telepon perwakilan Facebook dan memanggilnya untuk bertemu saya sore nanti," jelas Rudiantara kepada tim Tekno Liputan6.com, Kamis (5/4/2018).

Dijelaskan Rudiantara, pertemuan tersebut akan digelar setelah Rapat Terbatas (Ratas) Kabinet pada hari ini. Saat berita ini ditulis, Rudiantara baru mendarat dari Surabaya untuk menghadiri rapat tersebut.

"Setelah Ratas Kabinet, kira-kira jam 5 sore. Ini juga saya baru mendarat dari Surabaya," tuturnya.

Seperti diketahui sebelumnya, Facebook mengungkapkan data negara, yang data penggunanya disalahgunakan oleh Cambridge Analytica. Sebagian besar ada di Amerika Serikat, kemudian diikuti Filipina dan Indonesia, di daftar tiga besar.


Kebocoran Data Facebook

Facebook (AP Photo/Richard Drew)

Facebook kerap diterpa masalah terkait keamanan data para pengguna. Sebagai media sosial terbesar di dunia, sudah pasti layanan tersebut menyimpan banyak data.

Salah satu masalah terbaru yang dialami Facebook yaitu kasus penyalahgunaan puluhan juta pengguna dengan melibatkan pihak ketiga. The Guardian melaporkan Cambridge Analytica menggunakan data para pengguna Facebook itu, untuk kepentingan komersial.

Seluruh data tersebut dikumpulkan melalui sebuah aplikasi bernama thisisyourdigitallife, yang dibuat oleh Aleksandr Kogan, terpisah dari pekerjaannya di Cambridge University.

Melalui perusahaannya, Global Science Research (GSR), Kogan berkolaborasi dengan Cambridge Analytica dengan membayar ratusan ribu pengguna Facebook agar menjalani pengujian kepribadian dan menyetujui data mereka diambil untuk kepentingan akademis.

Selain itu, aplikasi tersebut juga mengumpulkan informasi dari teman-teman test-taker di Facebook, yang menyebabkan akumulasi data puluhan juta pengguna.

Facebook dilaporkan sudah lama mengetahui masalah tersebut, tapi perusahaan dikiritik karena tidak mengambil langkah serius untuk mengatasinya.

(Tin/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya