Liputan6.com, Jakarta - Sampah plastik merupakan persoalan serius yang harus ditangani di Indonesia. Berdasarkan data Jambeck (2015), diperkirakan 3,32 juta metrik ton limbah plastik di dalam negeri belum terkelola baik. Bahkan, sebanyak 0,48-1,29 juta metrik ton di antaranya tersebar ke laut.
Peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Jalan dan Jembatan Kementerian PUPR, Edwin Nirwan mengatakan, untuk membantu mengurangi masalah sampah plastik ini, Balitbang PUPR telah melakukan penelitian terkait pemanfaatan limbah plastik untuk konstruksi sejak 2008 lalu.
Kemudian atas inisiatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, penelitian ini terus dikembangkan dan diintensifkan sejak awal 2017.
Baca Juga
Advertisement
Menurut dia, penggunaan aspal campuran limbah plastik telah diuji coba pada beberapa ruas jalan nasional di Jakarta, Makassar, Bekasi, Denpasar dan Tol Tangerang-Merak.
Berdasarkan hasil uji laboratorium di 2017 oleh Pusat Litbang Jalan, Balitbang, Kementerian PUPR, campuran aspal panas dengan tambahan limbah plastik lebih tahan terhadap deformasi dan retak dibandingkan dengan campuran aspal panas biasa.
"Penggunaan limbah plastik juga sama sekali tidak mengurangi kualitas jalan, bahkan justru bisa menambah kerekatan jalan. Saat dihampar sebagai aspal panas, ketika diukur suhunya yaitu 150-180 derajat celsius, yang artinya plastik tidak terdegradasi dan masih jauh dari batas degradasi sampah yaitu 250-280 derajat Celcius atau suhu di mana plastik mengeluarkan racun" ujar dia di Jakarta, Jumat (6/4/2018).
Pada 2019, jumlah sampah plastik di Indonesia diperkirakan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada.
Dengan estimasi plastik yang digunakan 2,5 ton-5 ton per kilometer (km) jalan, maka limbah plastik dapat menyumbang kebutuhan jalan sepanjang 190 ribu km.
Jadi bisa dibayangkan apabila hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan di Indonesia yang memiliki jalan ribuan kilometer.
Solusi Permasalahan Sampah
Pada periode 2015-2019, pemerintah akan membangun 2.600 km jalan nasional, 1.000 km jalan tol dan pemeliharaan jalan di semua wilayah, dengan kebutuhan aspal mencapai 1,5 juta ton per tahun. Pemanfaatan limbah plastik untuk aspal ini diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat terhadap permasalahan sampah di Indonesia.
"Pada Forum Pertemuan Tahunan World Bank dan IMF tahun 2018 mendatang, kita akan tunjukkan pada perwakilan negara yang hadir terkait dengan solusi masalah limbah plastik ini," ungkap dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Industri Hulu dan Petrokimia Kadin Indonesia, Achmad Widjaja mengatakan, pemanfaatan plastik sebagai bahan campuran aspal ini merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah sampah plastik yang ada di Indonesia.
"Plastik bekas pakai bisa menjadi bahan campuran berbagai produk lainnya, mulai dari bahan campuran aspal, material konstruksi, seperti paving, bata untuk dinding, atap, dan lain sebagainya," jelas dia.
Menurut Achmad, daripada menerapkan kebijakan cukai untuk membatasi konsumsi plastik, lebih baik pemerintah mencari cara untuk mengubah sampah plastik yang dihasilkan masyarakat untuk hal yang lebih bermanfaat, seperti campuran aspal.
"Seharusnya pemerintah edukasi ke masyarakat, kenapa tidak disuruh daur ulang. Itu akan menjadi industri. Kalau dengan cara mengenakan tarif cukai ke plastik, itu hambatan bagi banyak industri. Kami tidak menginginkan itu,” tandas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement