Kenikmatan Kopi dan Teh Nglinggo Khas Kulonprogo

Kopi dan teh belum menjadi perhatian khusus pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

oleh Yanuar H diperbarui 07 Apr 2018, 19:00 WIB
Foto: Yanuar H/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Yogyakarta Kopi dan teh belum menjadi perhatian khusus pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Terutama kopi, padahal saat ini masyarakat mulai gemar mengkonsumsi kopi. Teguh Kumoro, warga dusun Nglinggo, Desa Pagerharjo Samigaluh, Kulonprogo yang juga produsen kopi lokal mengakui, kopi di Nglinggo belum banyak jumlah produksinya. Untuk itu ia meminta bantuan  kepada pemerintah terutama pengembangan produksi kopi di wilayahnya dapat maksimal. 

Menurutnya penting untuk mengembangkan produksi kopi mulai dari pembenihan hingga pasca panen. Hal itumenurutnya akan sangat bermanfaat jika pemerintah dapat menfasilitasi kebutuhan itu. "Kopi belum satu pintu kita bikin kopi bubuk 2013. Semua warga punya kopi tapi tidak terawat," katanya.

Menurutnya dahulu di wilayahnya setidaknya ada 25 hektare kebun kopi itu. Namun jumlahitu smeakin menurun dari tahun ke tahun.  "Sekarang tidak segitu kalo ada hamparan itu hanya 4 hektare. Ada yang nlesep itu juga banyak," katanya.

Tahun ini kopi di wilayahnya akan memasuki tahap panen. Sehingga saat panen warga dapat mengelola hasil panen dengan baik dengan bantuan dari pemerintah melalui ilmu pengelolaan kopi.  "Dua tahun sudah latihan buah tahun ini sekitar Juli Agustus ada panen," katanya.

 


Warga bisa kelola teh

Foto: Yanuar H/ Liputa6.com.

Teguh mengatakan kondisi berbeda dengan teh yang bisa menjadi pundi pundi rupiah bagi warga. Walaupun menurutnya hasil yang didapat warga dari kebun teh masih rendah namun lebih baik dari kopi.

"Kalo teh skup kecamatan ya cukup besar 6 ha disini. Itu hamparan ya yang ndelsep itu juga banyak," katanya.

Warga di Nglinggo menjual hasil teh premium kepada pabrik besar dengan harga 2.500. Harga ini masihkalah jika dibandingkan cengkeh yang mencapai 3 ribu perkilogramnya.  

"Premium itu pucuk plus dua tangkai dibwahnya itu 2500 basah satu kilo, ya kalo dihitung itu 1000 pucuk," katanya.

Teh ditempatnya termasuk yang memiliki ketahanan yang baik. Sebab tehnya kuat dari serangan hama yang menyerang pohon teh.  "Teh disni hampir sama model gambung karena tidak mudah cacar daun. Kalo hujan banyak itu kalo varietas gambung tidak kena itu. tahun 2018 ini akan da bantuan bibit lagi ke mayarakat," katanya.

Saat ini warga mulai mengerti potensi teh yang dimiliki warga. Karena teh termasukpremium maka warga mulai mengelola sendiri hasl tehnya.

" Pagilaran beli pucuk tambah dua dibawahnya. Sekarang banyak yang bikin sendiri," katanya 

 


Kombinasi dengan Wisata

Foto: Yanuar H/ Liputan6.com.

Teguh mengaku teh dan kopi yang dikelola sendiri bertujuan untuk dijual kepada pengunjung wisata di wilayahnya. Sebab teh dan kopi Nglinggo sering menjadiincaran wiasatwan. "Teh sebagian di sangrai sendiri lalu dijual," katanya. 

Teh menurutnya saat ini sudah mencapai di ekspor ke luar negeri melalui perusahaan Perusahaan Perkebunan Perindustrian Perdagangan dan Konsultasi Pagilaran. Sebagian teh dan kopi dibuat sendiri oleh warga. 

"Teh kopi karena lingkup tradisional kalo kita kerjasama dengan pagilaran ya sampai keluar negeri," katanya.

Kopi khas Nglinggo belum terlihat di mata penikmat kopi. Namun kopi jenis robusta dari NGlinggo ini patut dicoba para penikmat kopi terutama wisatawan yang datang langsung dengan praktek membuat kopi. 

"Ini termasuk baru dapat bantuan. robusta dan arabika belum. Edukasi kita praktekan buat kopi ditengah kebun teh," katanya.

Ia berharap dengan adanya bantuan dari pemerintah dalam pengelolaan kopi maka hasilnya akan bermanfaat bagi warga sekitar. Sebab saat ini warga belum menemukan cara untuk menonjolkan cita rasa kopi Nglinggo samigaluh Kulon Progo. 

"Harusnya ada citarasa yang beda ini kami masih belum karena kelompok ya," katanya

 Simak juga video menarik berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya