Liputan6.com, Banda Aceh - Operator Kapal Andrey Dolgov yang menjadi boronan Interpol selama ini menjalankan beragam siasat untuk menghindari pengejaran. Hingga akhirnya pada Jumat 6/4/2018) lalu ditangkap Kapal Angkatan Laut (KAL) Simeulue di lepas pantai Sabang, Provinsi Aceh.
Kapal tersebut sering berganti-ganti identitas. Sebelum ditangkap di Indonesia kapal tersebut menggunakan nama Sea Breeze, STD-2, Alda dan terakhir Andrey Dolgov atau lebih dikenal STS-50
"Kapal tangkapan STS-50 (Andrey Dolgov) yang ditangkap KAL Simeulu dan digiring ke Dermaga Lanal Sabang sering menggunakan indentitas palsu," kata Pemerhati Kemaritiman asal Sabang Muslim Ahmad di Sabang, Minggu (8/4/2018), dilansir Antara.
Baca Juga
Advertisement
Kapal buronan Interpol yang ditangkap KAL Simeulue di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sekitar 23 mil dari lepas pantau Pulau Weh (Sabang), Provinsi Aceh diketahui pernah menggunakan delapan bendera meliputi Afrika, Samudera Pasifik dan Asia. Kapal STS-50 pernah menggunakan delapan bendera yaitu, Sierra Leone, Namibia, Togo, Kamboja, Korea Selatan, Jepang, Mikronesia, Filiphina.
"Bahkan kapal STS-50 juga penah memalsukan ikan hasil tangkapan dan dijual ke beberapa negara," kata Muslim yang lebih dikenal dengan sebutan Cek Mint dan aktif dalam mendukung informasi operasi Sar Laut. tersebut.
Pada kesempatan itu ia menyatakan dukungannya kepada Pemerintah Indonesia terkhusus Kementerian Kelautan (KKP) yang konsisten memberantas dan menangkap kapal pencuri ikan di teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berburu Ikan Sampai Antartika
Salah seorang anak buah kapal (ABK) Andrey Dolgon atau STS-50 asal Indonesia Santoso di Pangkalan Lanal Sabang mengakui melakukan tangkapan ikan sampai ke Antartika dan sekitarnya.
"Menangkap ikan di laut Antartika dan ikan hasil tangkapan tersebut pernah kami jual ke Thailand, tapi tidak mau beli. Kemudian kami jual ke China," kata ABK tersebut yang mengaku sudah 10 bulan ikut bersama kapal boronan Interpol.
Santoso juga menjelaskan, dominan ABK asal Indonesia yang bekerja di Kapal Andrey Dolgov berangkat dari Jakarta tujuan Thailand. Dia bersama sejumlah temannya naik kapal STS-50 di Thailand dan pihak agen menjanjikan gaji 350 US Dolar Amerika/bulan.
"Kalau kebutuhan logistik para ABK selama pelayaran pihak agen membelinya dari Negara Republik China," ujar pria asal Jawa Tengah itu.
Diketahui, kapal buronan Interpol tersebut jumlah ABK-nya keseluruhan sebanyak 30 orang, termasuk 20 diantaranya warga Indonesia (WNI) dan delapan orang warga Negara Rusia, dua orang warga Negara Ukraina diduga melakukan pelanggaran perikanan.
Panglima Komando Armada Barat Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Yudo Margono saat jumpa pers di Pangkalan Lanal Sabang, Provinsi Aceh, Sabtu sore menyatakan Kapal Andrey Dolgov memasang bendera Negara Togo (Afrika) hanya untuk alibi.
"Di atas kapal ditemukan pukat dan untuk sementara sesuai informasi yang diperoleh dari Interpol diduga mereka melakukan pelanggaran perikanan," kata Laksamana Muda TNI Yudo Margono yang turut didampingi Komandan Lantamal I Belawan Laksamana Pertama TNI Ali Triswanto, Komandan Lanal Sabang Kolonel Laut (P) Kicky Salvachdie.
"Kapal ini sebelumnya pada Oktober 2017 pernah ditangkap di China, kemudian Februari 2018 ditangkap di Mozambik (Afrika)," tambah Pangarmabar.
Kapal Andrey Dolgor bersama 30 ABK-nya dan 20 diantaranya WNI masih ditahan di Pangkalan Lanal Sabang, Provinsi Aceh. Margono juga mengatakan, proses hukum terhadap kapal buronan interpol tersebut nantinya akan diserahkan kepada Satgas 115 yang dibentuk Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Advertisement
Kronologi Penangkapan
Tim WFQR Lantamal serta KAL Simeulue dan Lanal Sabang berhasil menangkap sebuah kapal ikan yang merupakan buruan Interpol dan target operasi sekitar 13 mil timur Pulau Weh Sabang, Pada hari Jumat 06 April 2018.
Kapal Sea Breeze/Andrey Dolgov, berbendera Togo, Afrika ini dinahkodai oleh Matveeb Aleksandr warga negara Rusia, dan memiliki 30 orang crew, 20 diantaranya warga negara Indonesia, 8 warga negara Rusia dan 2 warga Ukrain.
Laksda TNI Yudo Margono, S.E., M.M, mengatakan Dugaan Pelanggaran yang dituduhkan kepada kapal buruan interpol diantaranya, Pemalsuan Transmitter AIs yang tidak sesuai antara jenis kapal dengan fisik kapal,"ujar Laksda TNI Yudo Margono, di Sabang, Sabtu (7/04).
Laksda TNI Yudo Margono, juga menambahkan, kapal ini juga pernah melarikan diri dari Port Yantai, China dan melarikan diri dari Mozambik, kapal ini juga dituduh melanggar hak para pekerja, terkait dengan kelancaran dan besaran gaji, kecukupan makanan dan kelayakan standar hidup, cukup tidaknya waktu istirahat yang diberikan.
Kronologi Penangkapan
- 29 Maret 2018 Perwira TNI AL yang bertugas sebagai ILO IFC TNI AL di Singapura menerima informasi dari ILO Perancis dan Centre Regional de Fusion d'Informations Maritimes (CRFIM) Madagascar serta hasil pembahasan pada Daily Brief di IFC yang diinformasikan tentang terdeteksinya sebuah kapal bernama STS-50 (juga dikenal sebagai SEA BREEZE atau ANDREY DOLGOV atau STD NO2) yang terlibat Ilegall, Unreported, Unregulated Fishing (IUUF) dan dugaan Human Trafficking.
- Kapal diketahui telah berada di ZEE Madagaskar dengan tujuan akhir kemungkinan besar perairan Indonesia.
- 31 Maret 2018 kapal STS-50 terdeteksi pada posisi 1 54' 13.32" S - 74 40'45.12" E, Cepat 9,2 Knots Halu Timur. Dengan halu dan cepat yang konstan, diperkirakan kapal tersebut akan masuk ke perairan Utara Sumatera pada tanggal 6 April 2018.
- 4 April 2018 mendapatkan update posisi kapal STS-50 halu menuju ke Selat Malaka.
- Dari hasil update posisi kapal tersebut, maka Koarmabar menyiapkan KRI, KAL dan pesawat udara unsur gelar untuk standby di sektor penyekatan.
- 5 April 2018 mendapatkan update informasi posisi kapal STS-50 dengan keterangan jarak kapal STS 50 ke ZEEI adalah 253 Nm. Dengan kecepatan dan halu yang sama, maka diperkirakan masuk ZEE Indonesia pada tanggal 6 April 2018.
- 6 April 2018 Pkl 14.15 Posal Satrad Suka Karya Lanal Sabang telah mengidentifikasi Kapal STS 50 dengan IMO 08715773 pada jarak 6,2 mil dengan cepat 8,4 knot dan Halu 100. Dari hasil data tersebut, Pangarmabar memerintahkan Lanal Sabang dan Lhoksemawe untuk menggerakkan alutnya serta memerintahkan KRI Sigalu, KRI Alamang dan Pesawat Udara Cassa P-852 bergerak menuju perairan Pantai Timur Aceh guna mengejar kapal STS 50
- 6 April 2018 Pkl 15.00 Danlanal Sabang memerintahkan Tim WFQR Lanal Sabang dengan Kal Simeulue bergerak guna melaksanakan Pengejaran, Penangkapan dan Penyelidikan (Jarkaplid) terhadap kapal ikan STS 50 yang merupakan kapal buronan Interpol dab Target Operasi Pangarmabar serta Menteri Kelautan dan Perikanan.