Liputan6.com, Douma - Organisasi sukarelawan penyelamat dan medis di Suriah White Helmets melaporkan, sedikitnya 40 - 70 orang tewas akibat dugaan serangan senjata kimia berupa gas di Douma, kota terakhir yang dikuasai pemberontak di Ghouta Timur.
Lewat Twitter, sukarelawan White Helmets mengunggah gambar dan video memprihatinkan yang menunjukkan beberapa jenazah dan korban luka serangan senjata kimia tergeletak di ruang bawah tanah usai diselamatkan. Demikian seperti dikutip dari BBC (8/4/2018).
Baca Juga
Advertisement
White Helmets juga menyebut, jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat.
Sementara itu, korban luka diperkirakan kurang-lebih mencapai 500 orang, laporan CNN yang mengutip sumber informasi dari Union of Medical Care and Relief Organizations (UOSSM).
Kendati demikian, belum ada verifikasi independen atas seluruh laporan tersebut, ujar BBC dan CNN.
Di sisi lain, pemerintah Suriah telah menyebut tuduhan serangan senjata kimia itu sebagai "fabrikasi" alias laporan yang dibuat-buat.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan masih memantau laporan "yang sangat mengganggu" tersebut.
Kendati demikian Kemlu AS telah melontarkan tuduhan awal. Washington menyatakan bahwa Rusia, yang bertempur bersama dengan pemerintah Suriah, harus bertanggung jawab. Jika sekiranya bahan kimia mematikan telah terbukti digunakan dalam laporan White Helmets tersebut.
"Rezim Suriah (yang didukung Rusia) punya sejarah menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri dalam konflik," kata Kemlu AS.
Hingga berita ini turun, berbagai pihak pemerintah serta tim pemantau dan media independen masih berusaha mengonfirmasi laporan serangan senjata kimia di Douma, Ghouta, Suriah tersebut.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Wilayah Konflik di Douma, Ghouta Timur
Douma adalah kota terakhir yang dikuasai pemberontak di kawasan Ghouta Timur Suriah, dan dikepung oleh pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia.
Serangan udara dan darat yang intens diluncurkan pada hari Jumat setelah pembicaraan gencatan senjata antara Damaskus-Moskow dan kelompok pemberontak tersendat.
Sebelum negosiasi gagal, kelompok pemberontak Jaish al-Islam berusaha mengamankan kesepakatan yang akan membiarkan anggotanya tetap berada di Douma sebagai pasukan keamanan lokal.
Syria Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris, mengatakan serangan udara pemerintah telah menewaskan 40 warga sipil pada Jumat, dan 30 lainnya pada hari Sabtu pekan ini.
Media pemerintah mengatakan enam warga sipil juga tewas dalam penembakan pemberontak di ibukota Damaskus, dengan 38 luka-luka. Jaish al-Islam membantah bertanggung jawab.
Pasukan yang setia kepada Presiden Suriah Assad telah merebut kembali hampir seluruh wilayah Ghouta Timur melalui serangan sengit yang dimulai pada bulan Februari.
Lebih dari 1.600 orang dilaporkan tewas dan ribuan lainnya terluka akibat konflik berdarah di Ghouta.
Advertisement