Liputan6.com, Berlin - Hari ini, 78 tahun silam, Perang Dunia II antara Blok Poros dan Blok Sekutu tengah berkecamuk di bagian Eropa. Tepatnya di Pelabuhan Norwegia, pada 9 April 1940. Kala itu, Jerman dari Blok Poros menggempur Norwegia yang menjadi bagian dari Blok Sekutu.
Seperti dimuat History.com, kapal perang Jerman dari kawasan Narvik mulai masuk ke Pelabuhan di Oslo. Negara di bawah pemerintahan Nazi ini mengerahkan ribuan tentara ke Norwegia. Pada saat yang bersamaan, pasukan Jerman juga menduduki Kopenhagen, Denmark.
Advertisement
Aksi Jerman ini menjadi salah satu penyulut Perang Dunia II yang membuat negara Sekutu, seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet berang. Mulai melancarkan invasi balik ke negara Poros.
Tentara Jerman dengan sangat mudah masuk Pelabuhan Norwegia, lolos dari ranjau laut yang disiapkan serdadu Norwegia. Jerman bisa lolos karena dibantu pengkhianat Norwegia, yakni Menteri Luar Negeri Norwegia yang pro-fasisme Jerman, Vidkun Quisling. Demikian Today in History Liputan6.com kali ini pada Senin (9/4/2018).
Selanjutnya tentara Jerman merangsek masuk ke jantung Kota Oslo. Menteri Jerman yang ikut invasi meminta Pemerintah Norwegia untuk menyerah. Namun Norwegia menolak. Jerman pun melancarkan serangan invasi parasut hingga akhirnya berhasil menguasai Norwegia.
Norwegia di bawah kendali Jerman kemudian dipimpin Quisling -- nama pejabat yang kemudian menjadi istilah sinonim dari pengkhianat.
Dalam situasi dijajah Jerman, beberapa tentara Norwegia untuk sementara menyamar dan melebur dengan pemerintahan Quinsling. Sambil mempersiapkan strategi baru dengan bantuan Inggris untuk merebut kembali pemerintahan yang sah.
Namun tak lama, Jerman melancarkan serangan ke Prancis, yang membuat Inggris harus mengirimkan bantuan pasukannya ke sana. Sehingga bantuan tentara Inggris ke Norwegia berkurang, menyebabkan rencanap perebutan kekuasaan kembali, menjadi gagal. Norwegia tak berdaya dikuasai Jerman.
Di Denmark, Raja Christian X ragu pasukannya bisa menghadapi tentara Jerman. Sehingga ia memutuskan untuk menyerah pada pemerintahan Hitler. Saat itu, Hitler punya tiga negara kekuasaan, yakni Polandia, Norwegia dan Denmark.
Sejarah lain mencatat pada 9 April 1999, Presiden Niger Ibrahim Bare Mainassara tewas ditembak dalam upaya kudeta yang dilakukan pihak militer. Sementara, pada 9 April 2001, Presiden Abdurrahman Wahid menjadikan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur fakultatif di Indonesia (Keppres nomor 19 tahun 2001).