Dino Patti Djalal: Perdamaian di Semenanjung Korea Bisa Mengadopsi Rumus Indonesia

Dino Patti Djalal mendorong pihak-pihak bertikai di Semenanjung Korea mengadopsi cara RI menyelesaikan konflik di Aceh dan Timor Timur atau Timor Leste.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Apr 2018, 08:15 WIB
Ketua Board of Trustees Indonesian Diaspora Network Global Dino Patti Djalal (kiri) saat menggelar konferensi pers di Jakarta, Senin (12/6). Nantinya acara Kongres Diaspora Indonesia tersebut akan digelar di Kasablanka Hall. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Beijing - Pendiri Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mendorong pihak-pihak bertikai di Semenanjung Korea mengadopsi proses RI dalam menyelesaikan konflik di Aceh dan Timor Timur atau Timor Leste.

Saat bertemu Wakil Presiden Korea Utara Kim Yong Dae dan jajaran pejabat di Pyongyang pada 3-7 April 2018, dia menyampaikan beberapa hal tentang penyelesaian konflik itu.

"Walaupun situasi berbeda (antara Semenanjung dan Aceh-Timtim), ada beberapa rumus yang bisa digunakan untuk melihat ke depan," kata mantan Wakil Menteri Luar Negeri itu, kepada Antara di Beijing, China, 8 April 2018, seperti dikutip dari Antara (9/4/2018).

Ia menyebutkan keempat faktor terpenting yang efektif mengatasi konflik, termasuk konflik di Semenanjung Korea, adalah kompromi, membangun rasa saling percaya, sabar, dan gigih.

Menurut dia, konflik di ujung tenggara dan barat laut wilayah NKRI itu berlangsung dalam waktu yang relatif lama, sehingga kesabaran dan kegigihan mutlak diperlukan.

Dino bersama tujuh pakar Asia lainnya yang tergabung dalam "Track 2 Delegation" mendapatkan undangan dari Pemerintah Korut untuk dimintai pendapatnya.

Sepulang dari Pyongyang, Sabtu 7 April 2018, siang para delegasi yang terdiri dari Indonesia sebanyak dua orang ditambah Myanmar, Selandia Baru, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Kamboja masing-masing satu orang itu singgah di Beijing.

Para delegasi di bawah kepemimpinan Dino itu berlatar belakang pengusaha, akademisi, peneliti, aktivis, dan lembaga swadaya masyarakat.

"Sejak tahun lalu kami mendorong perdamaian di Semenanjung, namun baru kali ini kami dipanggil. Mereka (pejabat Korut) tahun depan akan mengundang kami lagi," kata mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat itu pula.

Ia menganggap kedatangan delegasi di luar lembaga pemerintahan itu sebagai momentum yang tepat di tengah meningkat intensitas komunikasi antara Korut dengan China, AS, Jepang, dan Korsel untuk mengakhiri krisis nuklir di Semenanjung Korea.

"Memang komunikasi mereka sejauh ini masih defensif dan konfrontatif. Kami menawarkan model komunikasi yang berbeda sesuai dengan pengalaman masing-masing delegasi," ujarnya.

 

Saksikan video berikut ini:


Mendiskusikan Isu Kontemporer

Ilustrasi Korea Utara (AFP)

Para delegasi tersebut selama di Korut mendiskusikan beberapa isu kontemporer dan para delegasi berbagi pengalaman di negaranya sendiri-sendiri.

Berbagai isu strategis yang dibahas, ujar Dino, di antaranya ekonomi, pendidikan, pertanian, dan tantangan pada masa mendatang.

Indonesia bersama Vietnam dan Myanmar pernah mendapatkan sanksi dari Barat. Saat ini Korut yang terkena sanksi dari PBB sebagai konsekuensi mengabaikan peringatan uji coba senjata nuklir.

"Soal krisis nuklir, mereka (pejabat Korut) sendiri yang menyampaikan perkembangannya. Alhamdulillah ada perkembangan secara diplomatik dengan kehadiran kami," kata Dino pula.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya