Liputan6.com, Aceh Tengah - Pengusaha asal Afrika Selatan, Paul Du Plessis, mengakui keistimewaan kopi Arabica Gayo dari Kabupaten Aceh Tengah. Menurut dia kopi itu pantas dihargai mahal di pasaran dunia.
"Mereka harus injak tanah ini dan lihat langsung bagaimana petani kopi merawat dan melakukan proses pascapanen secara alami," tutur Paul, Minggu 8 April 2018, dilansir Antara.
Paul datang dari Kota Cape Town, Afrika Selatan khusus ke Aceh Tengah untuk melihat langsung dan merekam segalanya tentang kopi Gayo mulai dari perawatan yang dilakukan petani di kebun kopi hingga ke tahap pemrosesan dan pemilihanbiji kopi berkualitas.
Baca Juga
Advertisement
Pengusaha ini mulai melirik kopi Gayo untuk dipasarkan di Afrika Selatan. Dia kini sedang mempersiapkan satu tayangan video dokumenter tentang kopi dari dataran tinggi Gayo untuk tujuan memperkenalkan komoditas unggulan tersebut kepada masyarakat konsumen di negaranya.
Paul berada di Aceh Tengah selama sepekan sejak 31 Maret 2018. Dia turut memboyong para jurnalis, photografer, dan videografer dari negaranya untuk mendokumentasikan segalah hal tentang kopi Gayo dan akan merangkumnya dalam satu video dokumenter.
Menurut Paul, masyarakat di Afrika Selatan saat ini belum begitu mengenal tentang bagaimana kopi kualitas terbaik, sedangkan mereka tidak akan mudah percaya jika tidak diberi pemahaman secara lengkap melalui sebuah tayangan video yang mengulasnya secara detail.
"Jadi apa saja yang kita tayangkan, apa saja yang kita shooting di sini, harus seratus persen sempurna," tutur Paul.
Untuk itu dia bersama Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar mengunjungi sejumlah perkebunan kopi rakyat di daerah itu.
Paul juga mengunjungi sejumlah pabrik pengolahan kopi untuk merekam proses yang terjadi tentang bagaimana biji-biji kopi Gayo melalui sejumlah tahapan penting hingga menghasilkan tingkatan kualitas kopi nomor satu, sebelum akhirnya siap untuk dipasarkan.
"Kalau di Afrika mereka bilang triple A, itu artinya spesialty, istilah mereka di sana itu," kata Paul.
"Tapi spesialty di sana yang mereka jual itu tidak seperti di sini. Kalau saya ambil segenggam saja, saya sortir, sudah dapat trase sekitar 15 persen lah. Bukan spesialty. Jadi mereka bisa bohong karena orang di sana tidak mengerti," ujar dia.
Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar mengapresiasi langkah awal Paul untuk memperkenalkan kopi gayo di Afrika Selatan.
Shabela berharap dengan langkah tersebut masyarakat di negara itu semakin memiliki pengetahuan yang baik tentang kopi, khususnya kopi Gayo.
"Kita berharap ke depannya pasar Afrika Selatan akan terbuka untuk kopi gayo," tutur Shabela.
Kopi Pasak Bumi
Sementara itu Kelompok Tani Hutan Desa Taratau, Kecamatan Jaro, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, memproduksi kopi pasak bumi yang sudah dipasarkan ke luar Kalimantan.
Ketua Kelompok Tani Hutan Rakat Sepakat Desa Taratau Arsani di Tanjung, mengatakan produksi kopi pasak bumi mencapai 600 kilogram setiap bulan.
"Kopi pasak bumi yang kita produksi divariasi dengan aneka rasa seperti jahe dan temulawak," jelas Arsani.
Sebelumnya KTH Rakat Sepakat mendapatkan pembinaan dari UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupatan Tabalong dan Balai Pengelolaan Hutan Produksi IX Banjarbaru untuk bimbingan teknis sarana prasarana pengolahan kopi.
Kasubag Tata Usaha UPT KPH Kabupaten Tabalong Aidil mengatakan dengan bantuan sarana prasarana diharapkan kualitas dan kuantitas produk kopi pasak bumi dapat ditingkatkan.
"Sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu pemanfaatan pasak bumi menjadi binaan KPH selain madu kelulut," jelas Aidil.
Bahkan pengemasan dan pemberian label produk madu kelulut telah dilakukan Lembaga Pengelolaan Hutan Desa (LPHD) Desa Lano, Kecamatan Jaro yang juga binaan UPT KPH setempat, termasuk membantu 20 kotak sarang lebah yang saat ini sudah produksi.
Advertisement