Liputan6.com, Jakarta - Alibaba, perusahaan dagang digital asal Tiongkok, menyeret perusahaan Alibaba lain asal jazirah Arab, yaitu Alibabacoin Foundation yang bermarkas di Dubai, Uni Emirat Arab.
Dilansir Reuters, Selasa (10/4/2018), Alibaba asal Tiongkok membawa masalah ini ke pengadilan di New York karena Alibabacoin Foundation dituduh secara sengaja menggunakan trademark mereka untuk melakukan penyesatan.
Baca Juga
Advertisement
Pihak kuasa hukum Alibabacoin Foundation memberikan respons bahwa pihak mereka tidak punya niat untuk melanggar kekayaan intelektual milik Alibaba.
Selain itu, tuntutan dari Alibaba agar Alibabacoin Foundation mengganti nama juga ditolak. Mereka berargumen bahwa Alibaba adalah kata yang umum dan berasal dari Timur Tengah.
"Kata tersebut tidaklah berasal dari Tiongkok, melainkan dari daerah ini (Timur Tengah) yang dilarang klien Anda untuk digunakan," tulis pihak Alibabacoin Foundation.
Untuk diketahui, nama Ali Baba berasal dari cerita rakyat di Timur Tengah. Berkisah tentang pria miskin bernama Ali Baba yang menemukan gua ajaib tempat para bandit menyembunyikan hartanya.
Gua ajaib itu dapat terbuka menggunakan kata sandi "Iftah ya Simsim" yang diartikan sebagai open sesame atau buka wijen.
Open sesame juga dapat dipahami sebagai membuka akses (contoh, akses bisnis) sehingga menginspirasi oleh Jack Ma untuk menamakan perusahaannya dengan nama Alibaba.
Ekspansi Alibaba di Indonesia
Di Indonesia sendiri, Alibaba sudah melakukan ekspansi besar-besaran, meskipun bukan melalui platform mereka sendiri.
Ekspansi Alibaba di Indonesia hadir lewat UC Browser, sebuah platform pencarian yang populer dipakai di smartphone.
Untuk platform belanja, Alibaba telah menginvestasikan dana dengan total US$ 4 miliar (Rp 55 triliun) kepada Lazada agar bisa bersaing dengan platform lain di Indonesia.
Alibaba juga telah meluncurkan layanan cloud yang terjangkau untuk startup dan UKM di Indonesia.
Sementara untuk di bidang transportasi online, Alibaba dikabarkan siap berinvestasi sebesar US$ 6 miliar (setara Rp 82,5 triliun) kepada Grab.
Advertisement
Berhasil Kantongi Rp 172 Triliun
Pada 2017 lalu, Alibaba berhasil mengantongi laba sebesar Rp 172 triliun.
CFO Alibaba Group Maggie Wu juga mengungkap pertumbuhan pendapatan Year-over-Year (YoY) perusahaan asal Tiongkok ini meroket 56 persen. Dengan demikian, perusahaan mengantongi pendapatan sebesar US$ 12,7 miliar atau setara dengan Rp 172 triliun.
"Kami menargetkan pendapatan tahun fiskal 2018 sebesar 55-56 persen, naik dari target yang kami sampaikan sebelumnya yaitu 53 persen. Hal ini berkat kinerja dan visibilitas kami yang kuat menjelang akhir tahun fiskal," ujarnya.
Selain pendapatan keseluruhan, Alibaba juga mengungkap pendapatan bisnis utamanya naik sebesar 57 persen secara YoY hingga US$ 11,2 miliar (Rp 152 triliun).
Untuk pendapatan dari bisnis Cloud Computing, naik 104 persen secara YoY hngga US$ 533 juta atau Rp 7,2 triliun. Adapun pendapatan dari media digital dan hiburan naik 33 persen secara YoY hingga US$ 832 juta atau setara dengan Rp 11,3 triliun.
(Tom/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: