Liputan6.com, Vordingborg - Sebuah pusat kebudayaan Denmark rusak gara-gara silo setinggi 53 meter jatuh ke arah yang salah ketika sedang dibongkar.
Silo adalah struktur yang umumnya digunakan di bidang pertanian sebagai penyimpan biji-bijian hasil pertanian dan pakan ternak. Selain itu juga untuk menyimpan batu bara, semen, potongan kayu, dan serbuk gergaji.
Advertisement
Dalam video ledakan di Kota Vordingborg, seperti dikutip dari The Guardian, Senin (9/4/2018), penonton tengah bersorak saat silo diruntuhkan dengan menggunakan bahan peledak. Tetapi kemudian mereka menyaksikan dengan takjub ketika struktur tersebut jatuh ke arah perpustakaan tepi pantai dan sekolah musik, bukan ke arah sebaliknya.
Hal itu membuat bingung tim yang bertugas.
Menurut laporan surat kabar Denmark BT, Asosiasi bahan peledak Denmark mengatakan sejatinya persiapan untuk pembongkaran sudah dilakukan dengan benar. Tapi entah mengapa silo jatuh ke arah yang tak semestinya.
Kini penyelidikan atas kesalahan arah jatuhnya silo tengah dilakukan.
Pemerintah lokal Vordingborg mengatakan petugas pemadam kebakaran bekerja sepanjang malam untuk membantu mengamankan pusat budaya setelah tertimpa silo.
Sementara pihak perpustakaan mengatakan, meskipun buku dan segala sesuatu di dalam bangunan tertutup debu, hanya ada sedikit kerusakan struktural pada interior.
Di industri bahan peledak, sebuah bangunan yang tidak jatuh dengan semestinya dikenal sebagai standup.
Peristiwa penghancuran bangunan seperti di salah satu kota Denmark itu kerap mengundang warga untuk menyaksikan detik-detik runtuhnya struktur. Seperti di Glasgow, Skotlandia pada Oktober 2015, di mana ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan enam blok menara flat Red Road yang bersejarah dihancurkan.
Berikut ini rekaman detik-detik saat silo jatuh ke arah yang salah:
Detik-Detik Gedung Pencakar Langit China Rata dengan Tanah
Penghancuran bangunan juga pernah dilakukan pada 8 Agustus 2016, di sebuah gedung pencakar langit yang berada di pinggir kota Datong, Provinsi Shanxi, China.
Bangunan setinggi 90 meter yang terletak di lingkungan kota tua itu diratakan oleh pemerintah setempat, untuk "memperbaharui" suasana di sekitar Tembok Wuding.
Seperti dikutip dari Shanghaiist, Sabtu 13 Agustus 2016, ledakan besar dapat terdengar menggema di kota tersebut, saat pemerintah setempat memutuskan untuk menghancurkan gedung itu.
Gumpalan asap bercampur debu dan puing bangunan pun menyelubungi langit. Hal tersebut membuat tembok kota tua Datong diselimuti kabut tebal.
Beberapa foto detik-detik terjadinya ledakan pun tersebar di dunia maya. Netizen bertanya-tanya, apa yang membuat pemerintah memutuskan untuk meratakan bangunan pencakar langit tersebut.
"Sangat disayangkan. Seharusnya pemerintah lebih berpikir bagaimana caranya untuk menyatukan pencakar langit modern dengan tembok kuno itu. Mereka membuat keputusan jangka pendek," komentar seorang netizen.
"Jika akan dihancurkan, kenapa mereka membangunnya?" tulis pengguna internet lainnya.
Ini bukan yang pertama kalinya pemerintah Datong meratakan gedung pencakar langit mereka, sebagai salah satu rencana pembangunan.
Datong merupakan kota tua yang dipenuhi dengan cerita dari masa lalu. Kota tersebut dulunya merupakan pusat tiga dinasti.
Akibat kebijakan "biarkan yang tua tetap seperti adanya, dan membangun yang baru lebih canggih" dari mantan wali kota Geng Yanbo, sejak 2008 banyak gedung dihancurkan kembali.
Pria yang dikenal sebagai "Geng sang penghancur" itu berencana untuk membangun kembali masa kejayaan kotanya. Dia mulai menghancurkan kota tua Datong, untuk menyediakan lahan bagi pembangunan baru 'kota tua' di tengah-tengah wilayah Dinasti Ming.
Selama beberapa tahun masa jabatannya, Geng sering mendapatkan protes dari penduduk setempat. Warga sering demo dan bentrok dengan pekerja pembangunan.
Pada 2013, Geng ditunjuk menjadi Wali Kota Taiyun, ibu kota Provinsi Shanxi. Hal tersebut membuat pembangunan pencakar langit terbengkalai.
Warga yang marah, meminta pria tersebut untuk kembali dan menyelesaikan kekacauan yang dibuatnya.
Advertisement