Liputan6.com, Kuala Lumpur - Jelang pemilu yang akan berlangsung dalam waktu dekat, Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak (64), meluncurkan manifesto penuh harapan yang menargetkan masyarakat Melayu di pedesaan, lumbung suaranya. Dalam pemilu kali ini, PM Najib akan berhadapan dengan mantan mentornya, Mahathir Mohamad (92).
Najib yang berusaha mengejar masa jabatan ketiganya sebagai PM dikabarkan tengah berada di bawah tekanan untuk meningkatkan kinerja koalisi Barisan Nasional yang menyusut dalam dua pemilu terakhir. Ia sendiri tengah dihantam skandal korupsi 1MDB, yang perkaranya tengah diselidiki di Amerika Serikat dan sejumlah negara lain.
1MDB adalah lembaga investasi yang didirikan Pemerintah Negeri Jiran untuk memberikan manfaat pada rakyatnya. Gagasannya, 1MDB akan berinvestasi dalam sejumlah proyek di seluruh dunia, kemudian keuntungannya akan dikembalikan pada rakyat Malaysia.
Namun, dalam praktiknya, organisasi ini dituduh telah menyedot dana negara ke rekening pribadi PM Najib dan orang-orang dekatnya.
Manifesto yang terdiri dari 220 halaman dengan 364 janji tersebut diluncurkan pada Sabtu, 7 April 2018, hari di mana parlemen sah dibubarkan sekaligus menandai dimulainya musim pemilu. Pemungutan suara diprediksi akan berlangsung pada awal Mei.
Slogan kampanye PM Najib "Make my country great with BN (Barisan Nasional)" memiliki kemiripan dengan slogan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat 2016, "Make America Great Again".
Baca Juga
Advertisement
"Pemilu ini bukan tentang Najib dan versus pemimpin oposisi. Pemilu ini bukan tentang BN versus oposisi. Pertanyaan kuncinya adalah pihak mana yang bisa memberikan kehidupan yang lebih baik bagi Anda, keluarga Anda, anak-anak dan cucu Anda, serta masa depan mereka," ujar Najib di hadapan puluhan ribu pendukungnya saat peluncuran manifesto seperti dikutip dari the South China Morning Post, Senin (9/4/2018).
Dalam manifestonya, Najib berjanji akan melipatgandakan jumlah tunjangan tunai bagi 7 juta warga miskin, yang umumnya berasal dari etnis Melayu, dari 1.200 ringgit menjadi 2.000 ringgit. Najib juga berkomitmen untuk menghapus utang para petani dan pemilik tanah Melayu yang terkait dengan perusahaan perkebunan negara.
Selain itu, ia juga berjanji akan menciptakan 3 juta lapangan kerja baru untuk mengatasi kekhawatiran atas meningkatnya angka pengangguran di kalangan pemuda.
Saksikan video pilihan berikut:
Respons Oposisi
Menanggapi manifesto yang dirilis Najib, anggota parlemen, Lim Kit Siang mengatakan itu "salah dan menyesatkan". Ia menegaskan bahwa skandal 1MDB telah mengubah Malaysia menjadi "kleptokrasi global" dan pemungutan suara tidak akan membuat Negeri Jiran hebat, melainkan hancur.
Kementerian Kehakiman Amerika Serikat mengatakan, setidaknya US$ 4,5 miliar telah dicuri dari 1MDB, dan dana sebesar US$ 1,7 miliar telah digunakan untuk membeli aset di Negeri Paman Sam -- hal ini berpotensi menjadi penyitaan aset terbesar yang pernah ada.
Mahathir Mohamad dinilai bukan lawan mudah bagi Najib mengingat ia pernah memimpin Negeri Jiran selama 22 tahun sebelum akhirnya pensiun pada 2003. Di bawah kepemimpinannya, Malaysia dinilai mengalami modernisasi dan kemakmuran yang pesat.
Mahathir kembali ke dunia politik sekitar dua tahun lalu di tengah kemarahan rakyat atas skandal 1MDB. Sang mantan PM itu kini memimpin aliansi oposisi empat partai yang bertekad menggulingkan Najib.
Mahathir menuding Najib "meneror" lawan-lawannya demi memenangkan pemilu. Parti Pribumi Malaysia (PPBM) yang dipimpin Mahathir dikabarkan dibekukan sementara karena gagal menyerahkan dokumen registrasi wajib yang merupakan syarat untuk mengikuti pemilu.
Analis memprediksikan bahwa Najib akan kembali menang dalam pemilu kali ini menyusul perubahan batas elektoral baru-baru ini dan kuatnya dukungan dari masyarakat Melayu pedesaan -- landasan dukungan bagi koalisi yang mengusung Najib.
Pihak oposisi sendiri dikabarkan belum berhasil meraih banyak dukungan di Sabah timur dan Sarawak. Juga tidak jelas, seberapa besar pengaruh Mahathir di kalangan masyarakat Melayu pedesaan.
Skandal 1MDB dinilai tidak benar-benar "melukai" masyarakat Melayu pedesaan, yang kabarnya lebih jengkel dengan isu meningkatnya biaya hidup.
Advertisement