Liputan6.com, London - Mencemaskan ukuran penis adalah hal yang kerap membebani pikiran pria. Apalagi dengan masih berlakunya "acuan tidak tertulis" mengenai standar ukuran penis, banyak turut menyebabkan pria tidak percaya diri soal organ vital yang dianggap lambang kejantanannya.
Bahkan, sebagaimana dikutip dari Independent.co.uk pada Senin (9/4/2018), tidak jarang kecemasan tersebut menyebabkan gangguan psikis yang menjurus pada disfungsi ereksi.
Terlebih jika pasangan turut memberikan reaksi negatif terhadap ukuran penis, maka harga diri seorang pria seolah seketika hancur berkeping-keping.
Baca Juga
Advertisement
"Bagi pasien dengan gangguan psikologis menyangkut ukuran penis, khususnya bila ukuran penis itu sebenarnya normal, tidak ada gunanya ditawari mengikuti operasi pembesaran penis karena hasilnya ternyata tidak memberikan perbedaan," ujar seorang urolog bernama Nim Christopher dari St Peter’s Andrology Center di London, Inggris.
Dalam studi yang dipimpinnya, Christopher mewawancarai 42 orang pria yang pernah menjalani operasi pembesaran penis. Hasilnya ditemukan tingkat kekecewaan para pasien sangat tinggi. Bahkan, acapkali diantara pasien memohon untuk dilakukan prosedur operasi lagi.
Lebih lanjut Christopher dalam laporannya di Journal of European Urology mengemukakan, "Rata-rata panjang penis bertambah 1,3 cm, tetapi tingkat ketidakpuasan pasien melebihi 70 persen."
Perlu perubahan dalam cara melihat masalah krusial seperti ini, yakni mendorong munculnya pandangan obyektif terhadap fungsi ereksi, bukan soal ukuran besar kecilnya penis.
Simak video pilihan berikut:
Salah Persepsi tentang Kaitan Ukuran Penis dan Kepuasan Seksual
Banyak orang yang terjebak paradigma sesat, seperti timbulnya perasaan kecewa harapan karena membandingkan ukuran penisnya dengan penis orang lain, apalagi dengan pemain film porno yang memang sengaja memiliki agenda eksploitasi seksual.
Padahal secara fisik, ukuran penis tidak menentukan seberapa hebat fungsi ereksi dan seksual yang dimilikinya. Asalkan sudah mencapai perkembangan normalnya, maka penis semua pria pu akan berfungsi sama, yakni sebagai alat reporduksi.
Pada sebuah survei yang dilakukan oleh majalah Cosmopolitan edisi Inggris, setidaknya lebih dari 50 persen wanita di negeri Ratu Elizabeth II kecewa tidak mendapatkan kepuasan seksual pada saat berhubungan intim. Faktor utama penyebabnya adalah disfungsi ereksi dan ejakulasi dini.
Hampir tidak ada yang mengemukakan ketidakpuasan berasal dari ukuran penis yang terlalu kecil. Perlu perubahan stigmatis para pria dalam melihat esensi dalam melakukan hubungan intim. Sesungguhnya wanita tidak hanya mencari kepuasan fisik semata.
Para wanita, menurut hasil survei terkait, juga mencari getaran emosional, perasaan dicintai, merasa diperlakukan spesial, dihargai, dan keintiman dengan mitra seksnya.
Fakta yang menarik, menurut Christopher, persoalan ukuran penis pria lebih banyak dipusingkan oleh pria sendiri ketimbang wanita.
"Hubungan suami-istri yang harmonis bukanlah ditentukan oleh ukuran penis. Indahnya hubungan seks ditentukan langsung oleh kreativitas dan komunikasi masing-masing pasangan," jelasnya.
Advertisement