Liputan6.com, Jakarta Ban merupakan komponen kendaraan yang sangat penting, karena ban adalah satu-satunya komponen yang bersentuhan dengan aspal. Pengendalian hingga pengereman sangat ditentukan oleh kondisi ban.
Merawat ban dalam pemakaian sehari-hari juga perlu dilakukan, terutama adalah kontrol tekanan angin. Soal yang satu ini, hasil survei PT Suryaraya Rubberindo Industries (SRI), mayoritas pengguna sepeda motor di Indonesia kurang memperhatikan masalah tekanan angin.
Baca Juga
Advertisement
Tekanan angin yang tidak sesuai, selain mempengaruhi umur pakai, risiko kecelakaan, juga menyebabkan ban jadi benjol-benjol. Untuk sepeda motor, setiap pabrikan ban atau sepeda motor merekomendasikan beragam. Namun, umumnya antara 29-30 psi untuk ban depan dan belakang antara 32-33 psi.
Ban yang benjol lebih sering terjadi pada ban depan motor terutama tipe tubeless. Penyebabnya adalah tekanan angin yang kurang atau putusnya benang yang terdapat pada ban. Lapisan benang putus dapat disebabkan ketikan ban menghantam lubang cukup dalam.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Selanjutnya
Ciri utama dari kesalahan tekanan angin, benjol-benjol rata pada sekeliling ban. Ini artinya murni karena faktor perawatan ban dan yang sering dibiarkan kekurangan angin. Sebaliknya, tekanan angin sudah sesuai, namun benjol terjadi hanya pada satu bagian saja, Ali Syahab memastikan bahwa hal tersebut akibat cacat pabrik pembuatnya.
“Kalau benjolnya rata di sekeliling, biasanya karena pengaruh tekanan angin. Di luar itu, ketika ban menghantam lubang, benangnya putus itu bisa benjol. Tapi kalau hanya satu bagian yang benjol, itu karena faktor kesalahan pabrik atau kegagalan produksi,” terang Ali Syahab.
Begitu juga dengan ban tube type. Benjol bisa terjadi ban yang menggunakan ban dalam. Penyebabnya, sama, yakni tekanan angin yang kurang dari yang direkomendasikan. “Kalau memakai ban dalam, tekanan angin ban dalam kurang, bisa bikin rusak ujung grip ban, dan bisa bocor,” beber Ali Syahab.
Selain benjol, ban yang tekanan anginnya kurang bisa memperpendek usia pakai ban. Misalnya apabila 20 persen kurang tekanan angin maka akan mengurangi 25 persen dari potensi umur pakainya, dan seterusnya. Tekanan angin yang kurang juga menyebabkan pelenturan (flexing) menjadi terlalu besar, sehingga panas yang ditimbulkan akan merusak ban dan mengurangi umur pakai.
“Jadi, jangan sepelekan masalah tekanan angin kalau mau bannya awet. Dan kalau ditanya apa yang memengaruhi keausan ban? Faktornya ada banyak. Pertama kondisi jalan, beban pemakaian, kilometer pemakaian, perilaku berkendara, dan perawatan,” tutup Ali Syahab.
Reporter : Nazzarudin Ray
Sumber : Otosia.com
Advertisement