Liputan6.com, New York - Harga emas naik dipicu pelemahan Dolar Amerika Serikat (AS), meski masih dibayangi potensi terjadinya perang dagang antara China dan AS.
Sengketa dagang, laporan data ekonomi, dan pertemuan Federal Reserve AS akan menjadi pemicu harga emas pekan ini.
Advertisement
Melansir laman Reuters, Selasa (10/4/2018), harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.336,80 per ounce. Sementara emas berjangka AS untuk pengiriman Juni ditutup naik USD 4, atau 0,3 persen ke posisi USD 1.340,10 per ounce.
Harga emas berkilau usai indeks dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang dan ekuitas global meningkat seiring meredanya kemungkinan perang dagang AS dengan Cina, meskipun pedagang masih tampak berhati-hati.
Kedua negara telah saling mengancam satu sama lain dengan rencana kebijakan tarif puluhan miliaran dolar. Namun kemudian pejabat Presiden Donald Trump menekankan belum ada rencana kenaikan tarif dan perselisihan masih bisa diselesaikan melalui pembicaraan.
Pidato Presiden China
Adapun Presiden China Xi Jinping diketahui akan menyampaikan pidatonya pada Selasa di Forum Boao di provinsi Hainan.
"Jika [pidato] menunjukkan bahwa ketegangan perang perdagangan terjadi deeskalasi, kita bisa melihat langkah terbalik besar untuk harga emas," kata Kepala Analis Pasar Think Markets, Naeem Aslam.
Pasar juga mencermati digelarnya rapat komite Federal Open Markets dan data CPI terbaru. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung membuat emas kurang menarik karena tidak memberikan imbal hasil.
Adapun harga Perak naik 1,3 persen menjadi USD 16,53 per ounce. Sementara Platinum meningkat 2,4 persen ke posisi USD 934,50 per ounce. Harga Palladium naik 4 persen menjadi USD 936,10 per ounce.
Advertisement