Liputan6.com, Riau - Hidup bersama belasan ular berbisa mematikan, di antaranya king cobra dan derik, sudah diimpikan Muamar Syahida sejak duduk di bangku sekolah dasar. Niatnya baru kesampaian setelah pria kelahiran Solo, Jawa Tengah, ini duduk di jenjang sekolah menengah atas.
Meski king cobra sangat mengancam nyawa, ketertarikan Amar pada hewan reptil ini direstui orangtuanya yang tinggal di Kabupaten Pelalawan, Riau. Sejak saat itu, dia mempelajari ular dan sifat-sifatnya.
"Sudah sejak SD tertarik sama ular, hobi dari kecil tertarik sama reptil, dari sana saya pelajari kebiasaan ular," kata mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Riau di Pekanbaru ini, Senin, 9 April 2018 petang.
Ditemui di kontrakannya di Jalan Umban Sari, Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru, Amar mengaku sudah tahu karakteristik dari setiap ular, mulai dari yang berbisa dan yang tidak.
Sejak itu, koleksinya kian bertambah. Mulai dari hasil tangkapan sendiri, diberi orang, hingga dikembangbiakkannya sendiri.
Baca Juga
Advertisement
"Ular piton ini salah satunya, jenis Papua. Itu saya pelihara sejak dari kecil, ketika telurnya menetas," sebut pria 25 tahun ini.
Pengetahuan dan bakat Amar kian terasah dalam dunia reptil ketika bergabung dengan komunitas di Pekanbaru. Diskusi dan berbagai perlombaan yang diikutinya membuat Amar makin lihai bermain dengan ular.
Terkait dengan king cobra sepanjang 4 meter yang menjadi koleksinya, Amar menyebut itu hasil tangkapan di Kabupaten Pelalawan. Seorang teman menghubungi perihal adanya ular terjerat dan meminta Amar menyelamatkannya.
Amar langsung pergi ke kabupaten tersebut tempat dia dibesarkan. Sendirian Amar menaklakukkan raja kobra itu dan membawanya ke Pekanbaru sejak 4 bulan lalu.
"Kalau sempat lewat sehari saja, bisa terluka king cobra ini, bisa mati akhirnya," kata Amar.
King Cobra Kedua
Bagi Amar, ini merupakan king cobra kedua yang pernah dimilikinya. Salah satu ular telah mati karena luka yang dialami tak kunjung sembuh.
"Karena terjerat juga, lewat sehari terluka ularnya. Sempat saya rawat, tapi lukanya tak sembuh, akhirnya mati," ucap Amar.
Pantauan di kontrakannya, belasan ular diletakkan Amar dalam kandang terpisah. Ada juga bayi ular yang diletakkannya dalam kota kecil dengan lubang udara.
Terdapat pula kulit ular yang biasa menjalani siklusnya. Terpampang pula beberapa botol minuman air mineral berisi ular yang diawetkan.
"Untuk yang kecil biasanya dikasih cicak, sesuai ukuran tubuhnya. Kalau yang besar biasanya dikasih potongan ayam," sebut Amar.
Advertisement