Pekerja RI Harus Kuasai Teknologi Digital buat Hadapi Industri 4.0

Kemampuan berkomunikasi, terlebih dalam bahasa asing, menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh para pekerja Indonesia.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Apr 2018, 11:36 WIB
Produk teknologi industri ditampilkan dalam pameran Indonesia Industrial Summit 2018 di JCC, Jakarta, Rabu (4/4). Pameran ini menampilkan mulai makanan dan minuman, tekstil, pakaian jadi, otomotif hingga teknologi industri 4.0. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Revolusi industri atau industri 4.0 yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi era baru dunia industri di Tanah Air. Dunia industri wajib berbenah dan meningkatkan kapasitasnya agar tetap eksis dan mampu bersaing. Salah satu komponen penting yang juga harus dibenahi dalam revolusi industri adalah kapasitas para pekerjanya.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Imelda Freddy mengatakan, pada dasarnya Industri 4.0 memperkenalkan era Smart Factories dimana robot atau cyber physical system akan mengawasi proses fisik yang terjadi di dalam pabrik.

Sistem ini juga memiliki kemampuan untuk membuat keputusan sendiri. Dengan adanya perubahan tren industri seperti ini, muncul kekhawatiran kalau peluang pekerjaan akan berkurang karena diambil alih oleh robot dan mesin.

“Untuk tetap bisa mengikuti perkembangan dunia industri, para pekerja harus meningkatkan kapasitasnya. Peningkatan kapasitas bisa dilakukan lewat pelatihan, kursus dan juga sertifikasi. Para pelaku industri harus ikut serta dalam upaya ini karena peningkatan kapasitas pekerja akan berdampak positif terhadap industri itu sendiri,” jelas Imelda dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (10/4/2018).

Penguasaan teknologi, teknologi digital dan bahasa asing menjadi hal-hal yang mulai harus diperhatikan dan dilakukan oleh para pekerja. Seiring dengan globalisasi, penerapan teknologi dan penggunaan bahasa akan lebih cenderung mengikuti dunia internasional.

Untuk itu, kemampuan berkomunikasi, terlebih dalam bahasa asing, menjadi syarat yang harus dipenuhi oleh para pekerja Indonesia.

Kendati demikian, perkembangan teknologi dalam dunia industri memang memunculkan dua sisi yang saling bertabrakan.

 


Dua Sisi

Sejumlah jaket dipajang dalam pameran Indonesia Industrial Summit 2018 di JCC, Jakarta, Rabu (4/4). Pameran ini menampilkan mulai makanan dan minuman, tekstil, pakaian jadi, otomotif hingga teknologi industri 4.0. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di satu sisi, pekerja yang memiliki keterbatasan dalam tingkat Pendidikan dan keahlian terancam digantikan oleh mesin atau robot. Namun, lanjut Imelda, bagi masyarakat yang pendidikan serta keahliannya kurang, maka akan terancam tergantikan oleh mesin dan robot.

“Namun di sisi lain, balik lagi seperti 20 tahun yang lalu saat kita diperkenalkan dengan internet, industri 4.0 dapat mentransformasikan lebih banyak pekerjaan bagi masyarakat dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.," jelas dia. 

"Hal ini bisa terjadi karena perkembangan teknologi dapat merangsang inovasi ekonomi, di mana para pekerja diberi kesempatan dan ruang untuk lebih kreatif, kolaboratif dan mengerjakan tugas-tugas problem-solving yang rumit, yang memang dirancang untuk tidak dikerjakan oleh robot atau mesin,” ungkapnya.

Dunia pendidikan pun harus ikut serta dalam mempersiapkan para siswa menghadapi Industri 4.0 ini. Kurikulum yang dirancang hendaknya juga mengandung pembelajaran dan pengetahuan terkait dunia industri dan juga bidang-bidangnya secara spesifik.

Program praktek kerja yang dilakukan oleh para siswa, khususnya siswa sekolah kejuruan, harus dijadikan sarana efektif untuk terjun langsung dalam pekerjaan industri.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya