Liputan6.com, Jakarta - Walaupun berita yang ramai di media massa adalah nasib data pengguna yang dipanen Cambridge Analytica, ternyata ada satu lagi kasus yang perlu diperhatikan, yakni terkait hoax.
Setelah Facebook dituding dimanfaatkan oknum-oknum jahat untuk memanipulasi pemilih dengan hoax, akhirnya CEO Facebook Mark Zuckerberg memperkuat usaha melawan penyebaran informasi palsu.
Di antara oknum penyebar hoax, ternyata yang paling sering disorot Facebook adalah kelompok dari Rusia, yakni Internet Research Agency (Agensi Penelitian Internet, IRA).
Baca Juga
Advertisement
Hal itu diungkap oleh Zuckerberg dalam testimoninya kepada Kongres. Ia mengungkap IRA melakukan penyebaran informasi palsu di tiga kawasan (Amerika, Eropa, dan Rusia) serta terdapat 470 akun dan halaman yang berhubungan dengan IRA.
"Saya tidak ingin ada yang memakai perangkat kami untuk mengikis demokrasi. Itu bukan hal yang kami perjuangkan," tulis Mark Zuckerberg dalam testimoninya kepada Kongres, Selasa (10/4/2018) waktu setempat.
Sebanyak 470 akun yang dimiliki IRA menghasilkan sekitar 80 ribu pos. Facebook memperkirakan hampir 126 juta orang mendapat informasi dari IRA sebelum akhirnya akun-akun tersebut dicekal.
IRA terkenal melakukan trolling, menyebarkan hoax, serta propaganda yang memuji program-program Vladimir Putin. Contohnya seperti memuji dan membela Bashar al-Assad.
Melindungi Pemilu di Seluruh Dunia
Salah satu penggunaan hoax adalah untuk kepentingan politik, sehingga hal tersebut membahayakan demokrasi.
Zuckerberg mengaku perusahaan terlalu lambat dalam merespons intervensi Rusia, dan sekarang mereka termotivasi untuk mendukung penuh demokrasi.
"Kami akan melakukan porsi kami tidak hanya dalam memastikan integritas pemilu yang bebas dan adil di seluruh dunia, tapi juga memberikan suara untuk berpendapat kepada semua orang dan menjadi kekuatan dalam demokrasi di segala tempat," tulis Zuckerberg dalam testimoninya.
Upaya yang dilakukan Facebook adalah meningkatkan jumlah tim keamanan menjadi 15 ribu orang dengan tugas meninjau konten yang beredar.
Oknum-oknum jahat yang dipantau Facebook seringkali menyebabkan perpecahan dan kebingungan massal dengan cara menyebar berita palsu.
Advertisement
Menambah Personel Keamanan
Facebook mulai merekrut lebih banyak orang untuk memonitor berita serta kampanye berisi informasi palsu.
Tercatat ada 15 ribu orang yang bekerja di Facebook untuk memonitor hal tersebut, dan selanjutnya akan ada tambahan 5 ribu orang sehingga ada 20 ribu petugas yang memonitor.
Dalam testimoninya, Zuckerberg juga kembali mengulang rencana Facebook untuk berbagi informasi dengan pemerintah dari berbagai negara untuk mengawasi pemilu yang jujur dan adil.
(Tom/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: