Dampak Oli Mesin Tercampur Minyak Goreng, Apa Saja?

Mencampur minyak goreng dengan oli mesin ternyata memiliki dampak buruk. Hal tersebut diungkapkan oleh Juergen Gunawan dari organisasi Masyarakat Pelumas Indonesia (Maspi).

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Apr 2018, 09:11 WIB
Ilustrasi mesin (Otosia.com)

Liputan6.com, Jakarta Mencampur minyak goreng dengan oli mesin ternyata memiliki dampak buruk. Hal tersebut diungkapkan oleh Juergen Gunawan dari organisasi Masyarakat Pelumas Indonesia (Maspi).

Pengurus lembaga yang didirikan untuk membangun pengetahuan masyarakat tentang pelumas dan bahan bakar itu berujar, minyak goreng mengandung gliserol, yakni cairan kental tidak berwarna dan tidak berbau, rasanya manis, serta dapat bercampur dengan air dan alkohol.

Artinya, selain mengandung elemen pengkontaminasi, konten air juga akan ada di sana, yang pada akhirnya turut menambah gram atau logam sisa dalam kerja mesin.

"Kita antara lain bisa menguji (campuran oli dan minyak goreng) menggunakan metode uji Karl Fischer (ASTM D 1744) dan Potentiometric Titrations (ASTM D 2896)," kata Juergen.

Efek lainnya adalah perubahan kemampuan terhadap pengaruh keasaman dan kekentalan pelumas, yang akhirnya berpengaruh pada masa pakainya di mesin.

Kalau sudah begitu, maka efek langsungnya adalah naiknya jumlah gram (wear metals).

"Naiknya wear metals adalah potensi metal surface scratch atau baret di permukaan mesin. Lalu, karat terbentuk karena adanya water content berlebih, kecepatan pembentukan H2SO4 lebih cepat sehingga mempercepat terbentuk sludge yang akan berakibat fatal untuk mesin," tambahnya.

Sludge sendiri adalah semacam lumpur hitam pada mesin. Dengan zat selengket itu, kerja mesin akan sangat tergangu bahkan bisa rusak.

Sumber : Otosia.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jangan Asal Ganti Oli Mesin, Pahami Kodenya

Bagi pemilik mobil, menggunakan oli yang tepat bisa menjadi salah satu faktor penting meningkatkan performa. Tidak hanya untuk mencapai akselarasi maksimum, tapi juga menjaga daya tahan mesin mobil.

 

 

Ketika pemilik salah menggunakan oli, mobil akan terasa tidak bertenaga. Selain itu, dalam jangka panjang bisa merusak mesin. Sebenarnya, bila diperhatikan setiap oli mesin memiliki beragam kode di kemasannya, dan ini sebagai petunjuk digunakan untuk mobil teknologi mesin apa.

Melansir pressroomtoyotaastra, ditulis Selasa (23/1/2018), ada dua kode internasional yang umum digunakan oleh setiap produsen oli. Dua kode tersebut, adalah SAE (Society of Automotive Engineers), dan API (American Petrolium Institute).

Untuk diketahui, SAE merupakan badan internasional yang menjelaskan kekentalan oli. Hal ini berpengaruh pada saat pengaliran minyak pelumas, serta ketahanannya di suhu udara.

Kode pada SAE juga menunjukkan kemampuan suatu oli dalam menjaga stabilitas kekentalan terhadap pengaruh suhu mesin dan lingkungan baik itu dingin atau panas.

 

Selanjutnya

Jika angka indeks SAE kecil, artinya oli semakin encer. Jadi, kemungkinan oli untuk membeku atau mengeras pada suhu rendah semakin kecil. Hal ini berguna ketika mesin mobil dinyalakan pada suhu dingin, misalnya saat musim salju di negara-negara Eropa atau Amerika.

Pada oli mesin mobil, biasanya diikuti huruf W singkatan dari winter (musim dingin). Kode ini, artinya penggunaan oli tersebut bisa sampai -20 derajat celcius, misalnya SAE 5W, SAE 10W atau SAE 20W.

Selain kode SAE, juga terdapat kode API. Perlu diperhatikan, oli mesin bensin dengan diesel mempunyai kode API yang berbeda. Pada mesin bensin, umumnya dimulai dengan huruf S, sementara diesel huruf C.

Setelah huruf tersebut, diikuti oleh huruf kedua sesuai abjad. Misalnya SA, SB, SC, SD, SE dan seterusnya.

Huruf kedua tersebut, bisa diartikan untuk mesin mobil yang lebih modern. Adapun standarisasi API ini juga disesuaikan dengan perkembangan jenis mesin mobil. Umumnya, semakin tinggi huruf kedua akan menunjukkan spesifikasi yang lebih tinggi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya