Pekik Reformasi Menuntut Soeharto Mundur Menggema

Gelombang demonstrasi mahasiswa terus mengalir ke Gedung DPR/MPR. Pimpinan Dewan mendesak Soeharto mundur sebagai Presiden. Soeharto menyatakan bersedia dan tak mau dicalonkan kembali.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Mei 2002, 19:39 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Jakarta memanas. Pekik reformasi menggema di penjuru Ibu Kota melalui demonstrasi mahasiswa di kampus-kampus. Belakangan, mereka secara bergelombang mulai mendatangi bahkan menduduki Gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta Pusat. Mahasiswa mendesak pimpinan DPR untuk mengusulkan kepada MPR agar menggelar Sidang Istimewa secepatnya. Desakan dimaksudkan agar MPR mencabut mandat yang telah diberikan kepada Presiden Soeharto sebagai Presiden RI dan Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai Wakil Presiden RI periode 1998-2003. Suasana di DPR kian marak manakala mahasiswa dari daerah di luar Jakarta dan sejumlah tokoh proreformasi bergabung ke Gedung Wakil Rakyat itu, 19 Mei tepat empat tahun silam, pascakerusuhan.

Akhirnya, tuntutan mahasiswa didengar Ketua DPR/MPR Harmoko. Bekas Menteri Penerangan masa Orde Baru dan sejumlah pimpinan Dewan lainnya menggelar pertemuan untuk membahas situasi politik terkini. Hasilnya, mereka meminta Soeharto mengundurkan diri. Bak gayung bersambut, Soeharto menyatakan kapok menjadi presiden. Ia menyatakan tak bersedia dicalonkan kembali.

Kendati demikian, aktivitas perbankan dan ekonomi belum pulih. Antrean panjang nasabah muncul di mana-mana. Bahkan, rupiah sempat menyentuh level Rp 16 ribu per dolar Amerika Serikat. Dari Gedung DPR, mahasiswa terus memaksa Soeharto mundur. Mereka berharap, demostrasi bisa menjadi tekanan bagi lembaga lesgislatif dan eksekutif untuk segera mempercepat reformasi.(SID/Tim Liputan 6 SCTV)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya