Pelemahan dolar AS dan Ketegangan Geopolitik Bikin Harga Emas Berkilau

Harga emas berjangka AS ditutup naik USD 5,80 atau 0,4 persen, ke level USD 1.345,90 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 11 Apr 2018, 06:45 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada perdagangan Selasa dan mencapai level tertinggi dalam satu pekan karena doalr AS melemah dan investor menunggu potensi tindakan AS terhadap dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah.

Mengutip Reuters, Rabu (11/4/2018), harga emas di pasar spot naik 0,4 persen ke lebel USD 1.341,29 per ons pada jam 1:35 siang waktu London, tertinggi sejak 4 April.

Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik USD 5,80 atau 0,4 persen, ke level USD 1.345,90 per ounce.

Presiden AS Donald Trump pada Senin kemarin menjanjikan tindakan cepat dan tegas dalam menanggapi serangan senjata kimia yang diduga mematikan di Suriah. Ada kemungkinan AS akan memberikan respons secara militer.

"Ketegangan geopolitik mmenjadi pendorong penguatan harga emas pada pekan ini," jelas analis komoditas Mitsubishi di London, Jonathan Butler.

"Banyak ketegangan yang terjadi antara Rusia, Suriah, Iran dan beberapa negara lain," tambah dia.


Pelemahan Dolar AS

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Pada perdagangan sebelumnya, harga emas naik dipicu pelemahan Dolar Amerika Serikat (AS), meski masih dibayangi potensi terjadinya perang dagang antara China dan AS.

Sengketa dagang, laporan data ekonomi, dan pertemuan Federal Reserve AS akan menjadi pemicu harga emas pekan ini.

Harga emas berkilau usai indeks dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang dan ekuitas global meningkat seiring meredanya kemungkinan perang dagang AS dengan Cina, meskipun pedagang masih tampak berhati-hati.

Kedua negara telah saling mengancam satu sama lain dengan rencana kebijakan tarif puluhan miliaran dolar. Namun kemudian pejabat Presiden Donald Trump menekankan belum ada rencana kenaikan tarif dan perselisihan masih bisa diselesaikan melalui pembicaraan.    

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya