Fokus ke Suriah, Donald Trump Tunda Kunjungan ke Amerika Latin

Ingin fokus terhadap kasus dugaan penggunaan senjata kimia dalam serangan di Suriah, Donald Trump tunda kunjungan resmi pertamanya ke Amerika Latin.

oleh Citra Dewi diperbarui 11 Apr 2018, 10:01 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Kongres AS saat menyampaikan pidato State of the Union (30/1/2018) (AP PHOTO)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunda kunjungan resmi pertamanya ke Amerika Latin. Hal tersebut dilakukan karena ia ingin fokus terhadap kasus dugaan penggunaan senjata kimia dalam serangan di Suriah.

"Donald Trump akan tetap berada di Washington untuk mengawasi respons Amerika terhadap Suriah," demikian pernyataan dari Gedung Putih seperti dikutip dari BBC, Rabu (11/4/2018).

Wakil Presiden AS Mike Pence, akan menggatikan Donald Trump dalam kunjungan ke Amerika Latin, yang dimulai di Peru.

Sementara itu, pengawas senjata kimia global mengatakan bahwa pihaknya akan mengirim tim pencari fakta ke Douma, sebuah kota di Suriah yang diduga diserang senjata kimia.

Sejumlah sumber menyebut, puluhan orang tewas dalam serangan yang terjadi di Douma. Namun, angka pastinya belum dapat diverifikasi.

Langkah tersebut dilakukan setelah Suriah dan pendukungnya, Rusia, mengatakan bahwa mereka ingin memfasilitasi kunjungan para pencari fakta. Berkali-kali, Suriah menyangkal berada di balik serangan kimia itu.

 

Saksikan Video Dugaan Serangan Senjata Kimia di Suriah Berikut Ini:


Menunggu Langkah AS, Inggris, dan Prancis

Presiden Prancis, Emmanuel Macron memimpin upacara pemakaman nasional Letnan Kolonel Arnaud Beltrame di Hotel des Invalides, Paris, Rabu (28/3). Macron pun memberikan penghargaan perwira tertinggi bagi Beltrame, Legiun d'Honneur. (AP/Christophe Ena)

Trump telah berjanji akan merespons keras atas dugaan penggunaan senjata kimia di Suriah dan telah berbicara soal opsi militer. Menteri Pertahanan AS, James Mattis, turut menunda sejumlah kunjungan pada pekan ini.

Washington juga telah berdiskusi dengan Inggris dan Prancis, untuk meningkatkan prospek aksi militer Barat yang terkoordinasi.

Perdana Menteri Inggris Theresa May berbicara kepada Trump dan Macron dalam sambungan telepon terpisah pada Selasa, 10 April 2018.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, jika aksi militer dilakukan, pihaknya akan menarget kemampuan pengembangan senjata kimia Suriah, bukan pasukan pendukungnya, yakni Rusia atau Iran.

Berbicara di Paris, Macron mengatakan bahwa ia tak ingin terjadi eskalasi di Suriah dan keputusannya akan ditentukan dalam beberapa hari ke depan.

 


Dugaan Penggunaan Senjata Kimia

Penyelamat membawa seorang anak menyusul dugaan serangan senjata kimia di Kota Douma, dekat Damaskus, Suriah, Minggu (8/4). Petugas medis mengatakan serangan gas beracun di Douma telah menewaskan 70 orang. (Syrian Civil Defense White Helmets via AP)

Dalam sebuah video yang direkam oleh petugas penyelamat White Helmets, terlihat sejumlah pria, wanita, dan anak-anak terbaring tak bernyawa di dalam rumah. Banyak dari mereka yang mengeluarkan busa dari mulutnya.

Dalam rekaman lain terlihat anak-anak yang menangis saat mereka dirawat di unit medis darurat.

Namun, belum memungkinkan untuk memverifikasi secara independen apa yang sebenarnya terjadi atau jumlah korban tewas dalam peristiwa itu.

Union of Medical Care and Relief Organizations yang menjalankan fasilitas medis di Ghouta Timur, mengatakan bahwa jumlah korban tewas yang telah dikonfirmasi sebanyak 70 orang.

Sementara itu menurut Syrian American Medical Society, setidaknya 48 orang tewas dalam serangan tersebut

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya