Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana menambahkan menu makan ikan bagi para jemaah Haji Indonesia 2018. Namun, rencana ini masih terkendala salah satunya oleh keterbatasan bahan baku dari Tanah Air.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Sri Ilham Lubis, menjelaskan minimnya sumber pangan Indonesia di Tanah Suci kini jadi pusat perhatian Kementerian Agama.
"Kami heran, kenapa ya potensi besar ini tidak dimanfaatkan. Padahal, jemaah haji kita terbesar di dunia, dengan jumlah sekitar 221 ribu orang (data 2017)," kata dia di Gedung Mina Bahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Rabu (11/4/2018).
Baca Juga
Advertisement
"Umrahnya juga besar sekali, bisa empat kali lipatnya jumlah jemaah ibadah haji. Bisa mencapai 900 ribu jemaah dalam satu tahun," tambah dia.
Dia menyatakan, susahnya menemukan bahan pangan Indonesia di Tanah Suci membuat Kemenag kesulitan untuk menetapkan menu makanan khas Indonesia kepada para jemaah Haji.
Ia meneruskan, tidak mungkin juga mendapatkan bahan baku pangan Indonesia dalam jumlah besar pada saat musim Haji.
"Memang, produk-produk seperti sayur-mayur ada di sana. Tapi kebanyakan berasal dari Thailand. Produk asli dalam negeri malah tidak ada di sana," ungkap dia.
Undang Importir
Oleh karena itu, Kementerian Agama tahun ini akan coba mengundang importir Arab Saudi untuk mendatangkan bahan baku makanan dari Indonesia, seperti bumbu masak, minuman, hingga kopi asli Nusantara.
Produk ikan sebagai salah satu menu favorit jemaah juga tak luput dari perhatian. Sri memikirkan cara agar komoditas ikan, khususnya ikan patin, bisa lebih mudah masuk ke pasaran Arab Saudi.
"Patin sendiri kata KKP telah diekspor ke berbagai negara. Kita berharap, patin juga bisa masuk ke pasar Arab Saudi. Kita harapkan, penyedia katering di sana agar mengutamakan membeli patin dari Indonesia," tukas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement