Wall Street Tumbang Imbas Kekhawatiran Geopolitik di Suriah

Investor khawatir terhadap rencana AS akan melakukan aksi militer di Suriah dan hasil risalah bank sentral AS menjadi sentimen negatif wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Apr 2018, 05:00 WIB
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street jatuh didorong kemungkinan AS melakukan tindakan militer terhadap Suriah. Hal itu memicu kekhawatiran investor mengenai risiko geopolitik di Suriah.

Ditambah risalah pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve memicu kekhawatiran pandangan kalau bank sentral AS akan agresif menaikkan suku bunga.

Mengutip laman Reuters, pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 218,62 poin atau 0,9 persen ke posisi 24.189,38. Indeks saham S&P 500 tergelicir 14,68 poin atau 0,55 persen ke posisi 2.642,19. Sementara itu, indeks saham Nasdaq susut 25,28 poin atau 0,36 persen ke posisi 7.069,03

Wall street melemah itu terjadi usai catatkan kenaikan selama dua hari. Kenaikan wall street sebelumnya didorong kekhawatiran mereda terkait potensi perang dagang Amerika Serikat dan China.

Namun, komentar Presiden AS Donald Trump lewat akun media social Twitter soal Suriah memicu kekhawatiran. Donald Trump memperingatkan Rusia akan segera melakukan aksi militer di Suriah. Ia menyatakan “rudal” pun akan datang.

Ketegangan meningkat pun mendorong harga minyak melonjak sehingga meningkatkan sektor saham energi.Sektor saham energi naik satu persen. Sedangkan sektor saham keuangan turun 1,3 persen di wall street.

"Ada kegelisahan apa yang mungkin terjadi dan potensi eskalasi ketegangan dengan Rusia,” ujar Anwiti Bahaguna, Manajer Portofolio Columbia Threadneedle Investments, Kamis (12/4/2018).

 


Hasil Risalah The Fed Bikin Khawatir

Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Pada awal perdagangan, wall street sempat menguat tipis usai rilis risalah pertemuan bank sentral AS menunjukkan kekhawatiran di antara anggotanya mengenai kenaikan inflasi.

Oleh karena itu, dinilai perlu kenaikan suku bunga lebih cepat.  Sebelumnya bank sentral AS memutuskan menaikkan suku bunga sekitar 25 basis poin. Bank sentral AS juga melihat ekonomi dan inflasi akan menguat dalam beberapa bulan mendatang.

“Risalah itu sedikit negatif. Orang lebih berspekulasi kalau gejolak di pasar karena ketidakpastian geopolitik dan the Fed mempertimbangkan memperlambat kenaikan suku bunga,” ujar John Carey, Manajer Portofolio Amundi Pioneer Asset Management.

Sentimen lainnya, investor juga menanti rilis laporan keuangan kuartal I 2018. Pada Jumat pekan ini, JP Morgan Chase and Co, Citigroup Inc, dan Wells Fargo and Co akan rilis laporan keuangan. Analis mengharapkan kinerja keuangan perusahaan S&P 500 naik 18,5 persen pada kuartal I 2018.

Adapun saham-saham yang melemah antara lain saham Fastenal melemah 6,2 persen. Saham WW Graingers susut 4,4 persen.Volume perdagangan saham tercatat 6,04 miliar saham. Angka ini di bawah rata-rata perdagangan saham 7,29 miliar saham.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya