Liputan6.com, Jakarta: Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Pol. Anton Bachrul Alam mengungkapkan, tidak semua santri Pondok Pesantren Umar bin Khatab, Bima, Nusa Tenggara Barat, mengetahui kegiatan perakitan bom.
"Iya, nggak tahu santrinya. Jadi di situ ada satu ruangan. Terus santrinya nggak boleh masuk ke situ. Kalau masuk disuruh push-up. Karena di situ ada tempat merakit bom dan semuanya bom-bom itu," ujar Anton di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/7).
Selain itu, imbuh Anton, Mabes Polri belum bisa menyimpulkan Ponpes UBK akan ditutup atau tetap dibiarkan. "Ya, nanti kita lihat bagaimana," ucapnya.
Saat ini, Polri melalui tim Detasemen Khusus 88 Antiteror sedang memburu seseorang berinisial A. Ia masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) terkait ledakan Ponpes UBK.(ASW/ANS)
"Iya, nggak tahu santrinya. Jadi di situ ada satu ruangan. Terus santrinya nggak boleh masuk ke situ. Kalau masuk disuruh push-up. Karena di situ ada tempat merakit bom dan semuanya bom-bom itu," ujar Anton di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (19/7).
Selain itu, imbuh Anton, Mabes Polri belum bisa menyimpulkan Ponpes UBK akan ditutup atau tetap dibiarkan. "Ya, nanti kita lihat bagaimana," ucapnya.
Saat ini, Polri melalui tim Detasemen Khusus 88 Antiteror sedang memburu seseorang berinisial A. Ia masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) terkait ledakan Ponpes UBK.(ASW/ANS)