Liputan6.com, Purbalingga – Tanya Naisya Sari, siswi kelas 12 IPS 1 SMAN 2 Purbalingga terpaksa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2018 dengan ditandu masuk ruang ujian. Tempurung lutut kanannya retak dan dislokasi karena kecelakaan pada Kamis, 29 Maret 2018.
"Aku lagi naik motor mau jemput adik di SMP, terus ada bapak-bapak naik sepeda sama bawa rumput dibelakangnya. Bapak itu belok ngga kasih aba-aba, jadi aku kaget terus nabrak bapak itu," ujar Tanya menceritakan sebab lukanya, Rabu, 11 April 2018.
Setelah dirawat di rumah sakit, dia pulang dengan oleh-oleh gips dan rasa nyeri di kaki kanan. Padahal, satu minggu setelah kecelakaan dia harus menghadapi UNBK 2018.
Baca Juga
Advertisement
Setelah menetapkan hati, gadis berusia 17 tahun itu lebih memilih ikut ujian sesuai jadwal daripada mengikuti ujian susulan. "Aku nggak mau (susulan), karena selagi masih bisa berangkat, kenapa nggak pas hari H-nya ujian," katanya.
Hari-hari Tanya menghadapi UNBK seperti pelajar pada umumnya. Dengan tekun dia belajar meski sesekali meringis menahan nyeri. Bedanya, saat menempuh ujian dia diantar ayahnya dan menggunakan kruk ketiak sebagai alat bantu jalan.
Kerepotan dijumpainya saat hari pertama UNBK. Ruangan ujian berada di lantai dua gedung sekolah, sedangkan dia tidak bisa menaiki tangga karena dokter melarangnya menekuk kaki kanan.
Untuk mengatasi masalah itu, sekolah memutuskan mengantar Tanya ke muka pintu ruang ujian dengan tandu. Aksi guru dan siswa SMAN2 Purbalingga yang bergantian menandu Tanya menjadi pemandangan sehari-hari sekolah tersebut.
Ujian hingga Malam
Kerepotan Tanya bertambah di hari kedua UNBK mata pelajaran Matematika, 10 Maret 2018. Dia mengikuti ujian dua kali, pertama jadwal ujian normal pada pukul 07.30–09.30 WIB dan jadwal ujian ulang pada pukul 18.30-20.30 WIB.
Pengulangan ujian tidak hanya terjadi pada Tanya, tapi juga seluruh siswa yang mendapatkan jadwal pada sesi pertama dan kedua ujian. Hal itu dikarenakan soal ujian rata-rata hanya muncul 20 nomor dari seharusnya 40 nomor.
"Soalnya nggak lengkap, tidak ada soal sama pilihan jawaban, cuma ada waktu dan tombol selanjutnya," kata Tanya.
Sore hari, dia mendapat pesan masuk agar ikut ujian ulang. Buku Bahasa Inggris yang sedang dibaca untuk mempersiapkan ujian esok diletakan, diganti catatan matematika kala ujian pertama.
Tanya bertolak dari rumahnya di Desa Bakulan, Kecamatan Kemangkon dengan diantar ayahnya. Di dalam mobil ia kembali membuka catatan matematika untuk belajar.
Selama ujian hari pertama dan hari kedua sesi pertama, ia mengaku tidak kesulitan. Nyeri hanya terjadi sesekali, selebihnya dia bisa berkonsentrasi mengerjakan soal.
Tetapi, pada ujian ulang matematika, nyeri di kaki kanannya semakin menjadi. Dingin malam menusuk menembus kulit. "Pas ujian malem-malem kaki nyeri, soalnya dingin," katanya.
Saat ditanya kesuksesan mengerjakan soal matematika, sembari bercanda Tanya menjawab, "Nggak beres, pusing." Dia berharap pengulangan ujian tidak akan terjadi lagi.
Advertisement
Beda Sekolah, Beda Kebijakan
Pada ujian sesi ke dua, Kepala SMAN 2 Purbalingga, Joko Mulyanto mendapat instruksi untuk mengulang sinkronisasi soal ujian dari Balai Pengendali Pendidikan Menengah dan Khusus (BP2MK) Wilayah 5 Banyumas. Dia memutuskan untuk mengundur ujian sesi kedua dan ketiga, serta mengulang ujian sesi pertama selepas maghrib.
"Awalnya akan diikutkan ujian susulan, tapi karena ada siswa yang mengikuti seleksi calon anggota POLRI ujian jadinya diulang setelah maghrib," kata Joko.
Sekolah sempat kesulitan berkoordinasi dengan para siswa karena banyak yang telah pulang saat keputusan itu dibuat. Melalui media perpesanan, kebijakan tersebut disebarkan berantai.
Satu per satu siswa mendapat kabar dan kembali ke sekolah sekitar pukul 5 sore. Tetapi, ada satu siswa yang tidak bisa dihubungi dan mengharuskan sekolah menjemput siswa tersebut.
"Satu siswa yang rumahnya di Kelurahan Bojong dijemput karena pukul 18.00 WIB belum hadir ke sekolah," Joko menambahkan.
Di tempat lain, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kabupaten Purbalingga, Kustomo mengatakan semua sekolah di Purbalingga mendapat masalah yang sama. Selain itu, soal tidak lengkap juga menimpa sekolah di Kabupaten Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Magelang, Sragen, Batang dan Karanganyar.
Atas permasalahan itu, setiap sekolah diserahi kewenangan tersendiri memutuskan kebijakan yang diambil. Kustomo yang juga menjabat kepala SMAN 1 Purbalingga memutuskan para siswa yang mengikuti ujian sesi pertama dan kedua akan mengambil ujian susulan pada Selasa, 17 Maret 2018.
"Kebijakan diambil atas pertimbangan kondisi fisik siswa telah lelah dan harus menghadapi ujian Bahasa Inggris pada hari berikutnya," ujarnya.
Saksikan video pilihan berikut ini: