Liputan6.com, Jakarta Di luar sana, mungkin ada segelintir perempuan yang sebisa mungkin menolak agar haid tidak terjadi, karena takut tidak bisa beribadah. Terutama di bulan Ramadan, perempuan tidak bisa berpuasa jika sedang datang bulan dan harus menggantinya di hari lain.
Haid merupakan mekanisme biologis yang terjadi pada tubuh wanita. Keluarnya darah kotor menjadi penghalang bagi kaum hawa untuk melaksanakan ibadah.
Advertisement
Bahkan di zaman dulu, wanita haid dianggap sebagai aib. Mereka diusir dari rumah karena dianggap menjijikkan.
Peristiwa ini menjadi fenomena sehingga Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah Muhammad SAW berupa Surat Al Baqarah ayat 222.
"Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: 'Haid itu adalah kotoran'. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri."
Haid di Dalam Islam
Rasulullah SAW dalam sabdanya menegaskan, "Lakukan apa saja kecuali jimak (bersetubuh) yakni boleh bagi suami untuk tetap tinggal seatap dengan istrinya, makan bersama dan melakukan aktivitas bersama-sama dengan istrinya seperti biasa ketika suci."
Dalam riwayat Bukhari, tergambar bagaimana Rasulullah SAW bersikap pada istri-istrinya yang sedang haid, padahal mereka sedang melaksanakan haji.
"Dari Aisyah RA, ia bercerita, 'Saat kami berhaji dengan Rasulullah SAW dan ketika sampai di kota Sarf kami menangis karena haid sehingga kami tidak dapat melanjutkan ibadah hajinya. Rasulullah SAW pun mencoba menenangkannya dengan mengatakan, 'Sungguh ini adalah perkara yang telah ditetapkan Allah untuk anak-anak prempuan keturunan Adam, maka selesaikanlah rangkaian ibadah haji yang harus diselesaikan selain Thowaf.' Aisyah berkata, 'Dan (setelah itu) Rasulullah SAW menyembelih sapi untuk para istrinya."
Kaum wanita, ada hikmah yang bisa dipetik dari haid. Pertama, melatih wanita untuk tidak jijik terhadap cairan mani saat menikah nanti.
Kedua, melatih lebih cekatan. Darah haid kadang muncul tiba-tiba dan perlu ditangani secepat mungkin. Dengan begitu, wanita menjadi terampil mengurus dirinya.
Pengalaman tersebut juga bisa menambah kemampuan wanita ketika mereka mengurus suami dan anak-anaknya. Apalagi saat mereka merawat bayinya yang tentu bersentuhan dengan najis.
Reporter: Ahmad Baiqun/Dream.co.id
Advertisement