Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), kegiatan usaha pada kuartal I-2018 meningkat dari kuartal IV-2017. Beberapa sektor mencatatkan kenaikan, di antaranya pertanian, dan perkebunan.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik BI, Yati Kurniati, mengatakan peningkatan tersebut tecermin dari angka Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha per sektor ekonomi sebesar 8,23 persen, lebih tinggi ketimbang kuartal IV-2017 sebesar 7,40 persen.
Baca Juga
Advertisement
Sektor yang tercatat mengalami kenaikan hanya pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, dan sektor industri pengolahan. Sektor lainnya tercatat turun, meski tidak signifikan.
"Peningkatan kegiatan usaha terutama terjadi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, serta sektor industri pengolahan," kata Yati dalam sebuah acara jumpa pers di Gedung BI, Kamis (12/4/2018).
Yati mengungkapkan, pada kuartal II-2018, kegiatan usaha diperkirakan meningkat lebih lanjut, terutama didorong oleh penguatan permintaan dan faktor musiman Ramadhan dan Idul Fitri.
"Kegiatan usaha pada kuartal I-2018 meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Ke depan, ekspansi kegiatan usaha diperkirakan akan terus berlanjut," dia optimistis.
Peningkatan tertinggi terjadi pada sektor industri pengolahan yang semula minus 0,12 menjadi 2,17. Sementara penurunan tertinggi terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Yati menjelaskan, sektor industri pengolahan naik signifikan disebabkan meningkatnya produksi tekstil menjelang Idul Fitri. Sementara perdagangan, hotel dan restoran mengalami penurunan sebab pada kuarta; sebelumnya yang merupakan akhir tahun adalah musim liburan.
Survei ini dilakukan pada 3.200 perusahaan yang memiliki omzet minimal Rp 2,5 miliar per tahun.
Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud
Sumber : Merdeka.com
Bank Dunia Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen Tahun Ini
Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini mencapai 5,3 persen. Namun begitu, Indonesia diingatkan risiko terhadap stabilitas dan pertumbuhan berkelanjutan yang tetap perlu mendapat perhatian khusus bagi pemerintah.
"Kami tidak fokus pada pertumbuhan ekonomi berbasis kuartal namun fokus kami bagi Indonesia yaitu 5,3 persen pada 2018. Dan ini naik 0,2 persen dari 2017 yang pada posisi 5,1 persen. Hal ini akan sangat kuat bagi dunia investasi Indonesia," tutur Senior Economist World Bank untuk Indonesia Derek Chen, di Kantor World Bank, Jakarta (12/4/2018).
Selain itu, Chief Economist World Bank untuk East Asia dan Pacific Shudir Shetty menyebutkan bahwa perbaikan ekonomi nasional saat ini juga didorong pertumbuhan laju konsumsi yang terjadi.
"Thailand dan Indonesia kami prediksikan tumbuh baik dalam konsumsi," ujarnya.
Laporan Bank Dunia juga memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang di kawasan Asia Timur dan Pasifik akan tetap kuat dan mencapai 6,3 persen pada 2018.
Melihat fenomena ini, pihaknya menyampaikan pentingnya bagi pembuat kebijakan di kawasan untuk mengatasi tantangan yang muncul seperti kenaikan suku bunga di negara maju yang terbilang cepat, eskalasi perdagangan, serta penghambat fiskal yang lebih besar.
"Meskipun prospek pertumbuhan di kawasan positif, ada berbagai tantangan pembuat kebijakan dalam jangka pendek dan menengah," ujarnya.
"Untuk mengatasi tantangan tersebut, dibutuhkan langkah untuk meredam kemungkinan dampak pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat di negara maju, prospek pertumbuhan dalam ketidakpastian kebijakan, terutama terkait perdagangan global," tambah dia.
Advertisement