Beruang Kutub Kesayangan Warga Singapura Terancam Disuntik Mati

Kesehatan beruang Inuka di kebun binatang Singapura dilaporkan menurun drastis setelah pemeriksaan pada 3 April 2018 lalu.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 13 Apr 2018, 06:27 WIB
Inuka si beruang kutub yang populer di kebun binatang Singapura, Wildlife Reserves Singapore. (Doc Wildlife Reserves Singapore)

Liputan6.com, Singapura City - Seekor beruang kutub tua di kebun binatang Singapura, salah satu hewan yang paling dicintai di lokasi itu, kesehatannya memburuk. Informasi itu disampaikan oleh operator kebun binatang pada hari Kamis.

Seperti dikutip dari Asia One, Kamis (12/4/2018), Inuka si beruang kutub pertama yang lahir di daerah tropis, telah mencapai usia lanjut yakni 27 tahun -- memasuki usia 70-an pada manusia dan dua tahun lebih tua dari usia rata-rata makhluk di penangkaran.

Operator kebun binatang Singapura, Wildlife Reserves Singapore mengatakan pemeriksaan yang dilakukan pada 3 April mengungkapkan bahwa kesehatan Inuka telah menurun drastis. Setelah sebelumnya menerima pengobatan untuk arthritis selama beberapa waktu. 

Dalam sebuah pernyataan dari pihak kebun binatang tersebut juga disebutkan, tingkat aktivitas beruang menurun selama tiga bulan terakhir. Binatang itu juga lebih suka beristirahat daripada berinteraksi dengan para penjaga.

Inuka yang namanya berarti Silent Stalker dalam bahasa Inuit, warga asli Kutub Utara,  populer di kalangan pengunjung karena kejenakaannya saat main di kandang kolam renangnya. Tapi kini ia tak demikian.

"Tapi dia sekarang mengurangi berenang, jalannya lebih kaku, dan dia kurang tertarik pada sesi bermain harian yang melibatkan kerucut lalu lintas, bola dan balok es yang disematkan dengan makanan favoritnya," kata pihak kebun binatang.

Melihat kondisi Inuka, dokter hewan di Singapura meningkatkan program perawatan harian si beruang. Tak hanya itu, pengobatan dan pemeriksaan kesehatan kedua untuknya akan dilakukan pada akhir April.

"Jika hasilnya menunjukkan bahwa kesejahteraan Inuka tidak membaik dengan perawatan intensif ini, tim perawatannya mungkin harus membuat keputusan yang sangat sulit untuk tidak membiarkan dia pulih dari anestesi atas dasar kemanusiaan dan kesejahteraan," jelas pihak kebun binatang dalam pernyataannya.

Perayaan ulang tahun Inuka adalah salah satu yang jadi sorotan pengunjung di kebun binatang Singapura itu, Tahun lalu ia merayakannya dengan kue jelly dan salmon spesial.

Menurut kelompok lingkungan World Wildlife Fund, sedikitnya 22.000 beruang kutub diperkirakan hidup di alam liar. Kendati demikian, kelompok Perlindungan Uni Internasional untuk Pelestarian Alam mengklasifikasikan mereka sebagai binatang rentan.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:


Badak Terakhir Disuntik Mati

Ranger merawat satu-satunya pejantan dari tiga badak putih terakhir di dunia bernama Sudan di Laikipia, Kenya, 3 Mei 2017. Sudan terpaksa disuntik mati karena fungsi otot dan tulangnya mengalami penurunan serta luka di kulit yang kian meluas. (AP Photo)

Sebelumnya, badak putih jantan terakhir di dunia, Sudan yang mati akibat proses suntik. Pihak berwenang memutuskan untuk mengakhiri penderitaannya akibat kondisi kesehatan yang kian memburuk pada 19 Maret 2018.

Kematian Sudan dilakukan melalui proses euthanasia, karena berbagai komplikasi akibat lanjut usia yang dialaminya. Komplikasi yang dialami badak putih terakhir ini meliputi sistem tulang dan jaringan otot yang kian melemah. Hal ini memicu munculnya banyak luka pada tubuh Sudan hingga infeksi yang menyerang bagian belakang kaki kanannya.

Sudan mati pada usia 45 tahun di Kenya dan meninggalkan dua keturunan badak terakhir dari jenis mereka di dunia.

Kematian Sudan telah menjadi duka dunia, foto-foto terakhirnya pun banyak beredar di media sosial dan sebagai bentuk ungkapan duka atas kematiannya.

"Sudan adalah maskot untuk spesiesnya dan akan selalu diingat untuk jasanya dalam meningkatkan kesadaran global tentang penderitaan yang dihadapi, tidak hanya badak putih utara, tetapi juga ribuan spesies lainnya yang menghadapi kepunahan, sebagai akibat dari aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan," ujar Richard Vigne, pimpinan lembaga konservasi terkait.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya